Senin, 13 Oktober 2014

Ajari Aku Cinta

Ajari Aku Cinta

Sebait Ayat Cinta

“ Dan di antara tanda – tanda kekuasaannya ialah Ia ciptakan untukmu isteri – isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tenteram kepadanya, dan di jadikanNya di antara kamu rasa kasih dan sayang, sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berfikir “
(( Q. S. Ar – Ruum : 21 ))
“ Hai orang – orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dengan sebenar – benar takwa kepadanya, dan janganlah sekali – kali kamu mati melainkan dalam keadaan islam “
(( Q. S. Ali imran : 102 ))

“ Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menjadikan kamu dari jiwa yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya, dan dari padanya Allah memperkembang biakkan keturunan laki – laki dan perempuan, dan bertakwalah pada Allah yang atas namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan perihalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga dan mengawasi kamu “
(( Q. S An – nisa : 1 ))


Teruntuk Separuh Jiwa


Menatap binar matamu
Sejenak ku mengerti tentang arti sebuah pertemuan
Dalam ikatan kasih
Yang simpulnya mengikat begitu erat

Menatap seutas senyummu
Sejenak ku pahami tentang arti memiliki
Merangkai bening asa meretas rindu
yang bergemuruh dalam hatiku dan hatimu
Dalam pendar rasa yang tersisa
Ijinkan aku mengabarkan senandung cinta
Yang menemui masanya
Mencipta ruang dalam jiwa

Dalam denting waktu yang terentang
Ijinkan aku melabuhkan separuh jiwa
Menyemai kerinduan yang mekar berbuah syurga
Bersemi dalam jiwaku dan jiwamu



Dzulkifli Hadi Imawan, Lc. M. Kom. I & Putri Qurrota A’yu, Lc, S. Pdi

teruntuk buah hati Fayyad Hafish Rahman & Fahdan Aisar Rahman
 

1 komentar:

  1. RINDU

    Ya allah.. bahkan dalam tidurnya pun, ia terus memanggil namanya, dalam erangan tak sadar, kadang tertawa, kadang menangis, terus saja “ayah” yang di sebutnya.
    Maka ku peluk agar rindunya itu sedikit terobati. Tapi, tanganku di tampiknya, pelukanku di tolaknya, masih saja mengerang, menyudutkan airmata, bibirnya gemetaran,
    “ kakak,, mau apa?” ujarku
    “A-Y-A-H”
    Ya allah teguhkan ia, sabarkan ia, pintanya itu tentutak bias ku penuhi saat itu juga, tentu.. karna ayahnya memintal jarak, merantaukan ilmu, jauh di ujung sana.
    Aku yakin, ayahnya pun menggenggam larik rindu pada puteranya itu,rindu, menikmati tawa yang terus tumbuh setiap saat. Rindu, pada kenakalannya yang semakin pintar saja. Ya kan..
    Erangan rindu bertalu syahdu. Tentu cinta yang membuatnya begitu. Saat tak ada lagi kata-kata yang di ucapkan, di banggakan, di pamerkan, di sebutkan, di idamkan dan di asakan.. selain Ayah dan AYAH.
    Rindu yang begitu menggelegak, menyeruakkan dada, yang tak hilang kerontangnya debgan sebotol susu, pun madu.
    Ya allah, kadang dalam tidurnya, ia tertawa, ia panggil nama itu lagi.
    “A-Y-A-H “ ujarya. Aku berfikir mungkin saat itu ia tengah bermimpi, berada di tanah lapang yang hijau, rerumputnya bergoyang di terpa angin, air danaunya berkilau kilau di timpa sinar, ia dan adik lelakinya itu mungkin tengah berlarian mengejar bola, atau bermain tembakan, mengejar ngejar ayahnya, bergulingan, berlompatan. Entah,
    Tapi sesekali.. jeritannya melengking, tangis beradu rewel yang pecah, pias wajahnya terlihat sangat marah,
    “ Ada apa ?”
    “ A-Y-A-H “ ujarnya lagi. Gambaran seperti apa dalam bunga mimpinya, apa ia bermimpi ayahnya itu menghilang bersama kabut, atau ayahnya itu menghilang bersama angin.. rona sedih, bercampur getir. Sepertinya ia sangat kehilangan. Kehilangan larik- larik episode yang membahagiakan, mungkin ia berduka, hari – harinya tak pernah lagi sempurna.
    Ah.. RINDU. Tentu teramat sulit kau mendefinisikannya. Ia pun tak tahu bahaimana menatanya, menyimpannya, memeliharanya, yang ia tahu, ia kini amat meRINDUkannya, teramat RINDU pada sosok itu,
    “A-Y-A-H “
    Rindu adalah selarik doaa tiap saat kau lantunkan, doa agar segera berjumpa, doa agar waktu menjadi sahabatnya , doa agar hari hari tak terasa suram lagi, dan doa agar tak ada lagi yang memintal jarak, merentangkan, menjauhkan, ataupun memisahkan, ia….dan AYAH.
    Ya allah, kurangi rasa RINDU di dadanya itu, agar cintanya tetap utuh mendewasa, karna semalam ku perhatikan ujung kukunya dingin mengigil, wajahnya pias, tubuhnya tirus, suaranya parau, jantungnya berdegup teramat kencang. Jangan sampai RINDU itu menyiksakan, melemahkan, meletupkan , melebihi ambah batas mampunya, yang kanak – kanak itu.
    Maka malam itu, di tengah jeleritnya memecah sunyi, sekali lagi ku coba mendekapkan,mencoba membagi rindu yang bertalu gerimis di tepian langit, di tepinya tanganku, di jauhkannya kepalaku,
    “Ayo kesini..” ujarku
    “ A-Y-A-H “
    “Ummi saYAng kakak..”
    “ A-Y-A-H “
    “ cup.. “
    “ A-Y-A-H “
    Maka aku, seperti burung gagak yang bersenandung duka,menceracaui rasa, sepertinya aku kehilangan begitu banyak larik cinta, dalam hatinya , memaksakan ruang agar lamat lamat ia sebut namaku juga. Biar membagi rindu yang menyesak di ruang dadamu itu.
    Maka aku berguncang, menahan isak yang ingin tumpah, ruah, agar daku juga kau sebut di ujung mimpimu, di tarian malammu, agar peri h RINDU itu terobati dengan dekapku, atau barangkali aku kehilangan ruang yang memaksakku tinggal di hatimu,
    Malam itu, aku sperti seseorang yang menangisi syahadah puteranya, yakin dadanya yang kecil itu mampu menyimpan begitu banyak cinta yang menggelora, juga wajah kanak polosnya itu mampu menyimak RINDU yang menyamudera, memberiak, menyeruak….
    “AYAH..”
    Dengan cinta yang penuh di dadanya. RINDU.

    Sepertiga malam, Lasem
    15 Oktober 2014

    BalasHapus

Powered By Blogger