Sabtu, 19 Oktober 2013

Syafa'at Cinta

Syafa’at Cinta
Cinta adalah konsekuensi. Karena itu memilih kekasih haruslah selektif, tidak asal pilih. Cinta dalam arti umum, akan dipertanggungjawabkan sampai di akhirat, penentuannya adalah disini, di dunia. Teringat sabda Rosulullah saw, bahwa Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai. Hadis tersebut menjelaskan bahwa kalau seseorang mencintai Rosulullah, para sahabat, para syuhada, para ulama, orang sholih, orang jujur, maka ia akan dikumpulkan bersama mereka. tetapi sebaliknya, ketika cinta itu salah sasaran, mencintai para penguasa dholim dan diktator, para pecinta dunia, orang yang sombong, penipu, korupsi, artis yang mengumbar aurat, atau orang-orang yang suka bermaksiat kepada allah, maka ia akan dikumpulkan bersama mereka. karena cinta adalah konsekuensi sampai akhir.
Kyai Maimun Zubair Sarang menulis tentang cinta dalam muqoddimahnya pada sebuah kitab karya syaikh muhammad mahfuzh al-tarmasi, ‘inayah al-muftakir,kecintaan saya kepada para ulama adalah dengan berusaha menjadikan mereka sebagai panutan dalam mencari ilmu dan menempuh jalan mengenal allah swt meskipun pada kenyataanya saya bukan termasuk mereka dan belum merasakan pengalaman spiritual sebagaimana yang telah mereka amalkan tetapi menjadi harapan saya dengan mencintai mereka allah berkenan mengumpulkan saya dengan mereka di dalam syurganya di akhirat kelak. Karena sebagaaimana hadis rosulullah saw yang diriwaayatkan oleh imam muslim dari anas ibn malik berkata, :
جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله متى الساعة ؟ قال : وما أعددت الساعة ؟ قال : حب الله ورسوله، قال : فإنك مع من أحببت. قال أنس : فما فرحنا بعد الإسلام فرحا أشد من قول النبي صلى الله عليه وسلم، فإنك مع من أحببت،. قال أنس : فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر ، فأرجو أن أكون معهم وإن لم أعمل بأعمالهم.
Datang seorang laki-laki kepada rosulullah saw seraya berkata : wahai rosulullah saw, kapan terjadi hari kiamat? Rosulullah saw berkata : apa yang membuatmu menyebut hari kiamat?ia berkata : cinta allah dan rosulnya. Rosulullah saw bersabda : “engkau bersama orang yang engkau cintai. anas berkata: kami tidak pernah merasakan kebahagian yang sangat setelah masuk islam daripada mendengar perkataan rosulullah saw “sesungguhnya engkau bersama orang yang engkau cintai”. ia melanjutkan: sungguh aku mencintai allah, rosulnya, abu bakar, umar. Aku berharap termasuk bagian dari mereka meski belum beramal sebagaimana yang telah mereka amalkan.
وفي رواية له عن عبد الله بن مسعود قال : جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله ، كيف ترى في رجل أحب قوما ولما يلحق بهم، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : المرء مع من أحب.
“Datang seorang laki-laki kepada Rosulullah saw seraya berkata, : “wahai Rosulullah saw, bagaimana pendapatmu terhadap seseorang yang mencintai orang lain, tetapi ia belum pernah bertemu dengannya?. Rosulullah saw menjawab: “seseorang bersama orang yang ia cintai”
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan, : “hadis ini menerangkan keutamaan mencintai allah, rosulnya, orang-orang sholih, dan ahli kebaikan baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan tidaklah menjadi syarat mencintai mereka beramal seperti apa yang mereka lakukan, karena seandainya ia dapat beramal seprti yang mereka lakukan niscaya ia sama seperti  atau termasuk dalam golongan mereka, begitu juga yang dimaksud bersama mereka tidak mesti sama seperti mereka dalam masalah derajat dan pahala.”
Dijelaskan di dalam kitab Tuhfat Alakhwadzi : “yaitu orang yang mencintai suatu kaum dengan ikhlas, ia termasuk kelompok mereka meskipun belum beramal sepbagaimana yang telah mereka amalkan, yang demikian karena kedekatan hati mereka yang didasari oleh rasa cinta.”
Jika para sahabat merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah mereka masuk islam karena cinta tersebut seperti yang dikatakan Anas Ibn Malik, maka bagaimana kiranya dengan orang-orang yang datang setelah  mereka , terlebih pada zaman kita saat ini. Karena itu ada yang mengatakan:
أحب الصالحين ولست منهم لعل الله يرزقني صلاحا
“saya mencintai orang-orang sholih padahal diriku bukan termasuk mereka, tetapi saya mengharapkan supaya allah memberikan kepadaku kebaikan”
وقال أخر :
أحب الصالحين ولست منهم  لعلي أن أنال بهم شفاعة
وأكره من بضاعته المعاصي  وإن كنا سواء في البضاعة
“saya mencintai orang-orang sholih padahal saya bukan dari mereka, semoga karena mencintai mereka saya mendapat syafaat, saya membenci orang yang suka berbuat maksiat, meskipun saya melakukannya”
Semoga allah menjadikan ku termasuk orang-orang yang mencintai orang sholih, dengan mengharap supaya allah mengumpulkan ku dalam goloongan mereka dan berkumpul dengan mereka di syurganya yang penuh dengan kenikmatan.[1]
Demikian penjelasan kyai maimun zubair yang menegaskan bahwa cinta adalah konsekuensi sampai akhir. Karena itu rasa cinta kepada siapa dan apapun itu hendaknya berdasarkan karena cinta kepada allah swt, karena cinta itulah yang akan mendatangkan syafa’at di hari kiamat. Sebagaimana sabda rosulullah saw, yang dituliskan imam nawawi di dalam kitabnya riyadl al-sholihin,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : قال الله تبارك وتعالى : المتحابون في جلالي لهم منابر من نور يغبطهم النبيون والشهداء.
“Orang-orang yang mencintai karena aku (allah), bagi mereka adalah mimbar-mimbar cahaya, yang menjadikan para nabi dan syuhada menginginkannya” (AL-HADIS)
Al-katib: Al-Faqir Ila Ridha Rabbihi Dzulkifli Amnan Al-Syarafani Al-Qudsy
Bekasi, 20/10/2013
Semoga Bermanfaat


[1] Muqoddimah kh. Maimun zubair dalam kitab inayah almuftaqir karya syaikh muhammad mahfud altarmasi cet. Alfikroh yogyakarta.

Jumat, 11 Oktober 2013

TEN DAYS EARLIER DZUL HIJJAH (Menggapai Limpahan Pahala Bulan Dzulhijjah)


TEN DAYS EARLIER DZUL HIJJAH
(Menggapai Limpahan Pahala Bulan Dzulhijjah)
Bulan Dzulhijjah adalah bulan haji. Bulan yang mendapat kedudukan tersendiri dalam agama Islam. Di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah ada nash yang menyinggung masalah bulan atau hari-hari tersebut. Sebagaimana di dalam surat Al-Fajr, Allah swt berfirman:
وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2)
“Demi fajar, dan malam yang sepuluh” (QS. Al-Fajr: 1-2)
Para ahli tafsir menyebutkan, sebagaimana yang tertulis di dalam kitab Marāh Labid Syaikh Nawawi Al-Bantani, yang dimaksud malam yang ke sepuluh adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Berkaitan dengan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah terdapat nash hadis yang menguatkan dan menjelaskan keutamaan hari-hari tersebut. Diantaranya adalah hadis Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh ibnu abbas:
عن ابن عباس مرفوعا: "ما من أيام العمل الصالح أحب إلى الله فيهن من هذه الأيام" -يعني عشر ذي الحجة -قالوا: ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: "ولا الجهاد في سبيل الله، إلا رجلا خرج بنفسه وماله، ثم لم يرجع من ذلك بشيء" رواه البخاري
               “Dari Ibnu Abbas, Rosulullah saw bersabda : “Tidak ada hari dimana amal sholih yang dikerjakan, lebih dicintai Allah swt dari pada hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah). Para sahabat bertanya: tidak pula jihad di jalan Allah wahai Rosulullah saw?. Rosulullah saw menjawab: begitu juga dengan jihad, kecuali ada orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tidak kembali dari jihad dengan sesuatu apapun”.  (HR. Imam Bukhori)
               Hadis tersebut menjelaskan bahwa beramal sholih pada hari-hari sepuluh pertama Dzulhijjah merupakan amal ibadah yang sangat dicintai Allah swt dibandingkan dengan beramal sholih pada hari selain hari-hari tersebut secara mutlak. Hal ini sebagaimana menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani di dalam Fath Al-Bāri,: “Yang menjadi sebab mengapa sepuluh hari pertama Dzulhijjah menjadi istimewa dari hari lainnya karena di hari-hari tersebut terkumpul amal-amal ibadah yang utama (induk ibadah), seperti sholat, puasa, shodaqoh, dan haji. Amalan tersebut tidak terkumpul pada bulan lainnya.”
Dan diantara amal sholih yang mendapat perhatian khusus di sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah puasa Arafah, yaitu puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh qotadah:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة. رواه الجماعة إلا البخاري
Puasa pada hari arafah menghapus dosa dua tahun; satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang”.
Memasuki tanggal 10 Dzulhijjah, Allah swt mensyariatkan umat Islam untuk berkurban (Udlhiyyah). Sebagaimana firman Allah swt:
فصل لربك وانحر
“Maka sholatlah kepada tuhanmu dan berkonlah” (QS. Al-Kautsar: 2)
Mengenai udlhiyyah (berkurban) terdapat nash hadis yang menjelaskan betapa besar keutamaan berkurban pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sebagaimana sabda Rosulullah saw yang diriwayatkan oleh ummul mukminin aisyah ra:  
عن عائشة أن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: ما عمل آدمي من عمل يوم النحر أحب إلى الله من إهراق الدم ، إنها لتأتي يوم القيامة بقرونها وأشعارها وأظلافها، وإن الدم ليقع من الله بمكان  قبل أن يقع على الارض، فطيبوا بها نفسا ". روى الترمذي
“Dari Aisyah, Rosulullah saw bersabda : “tidak ada amalan yang dilakukan anak adam (manusia) pada hari kurban  Yaum Al-Nahr’ (10 Dzulhijjah) yang lebih dicintai Allah swt dari pada mengalirkan darah (memotong hewan kurban). Karena ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu dan dagingnya. Dan sungguh darahnya sudah diterima Allah swt sebelum ia sampai ke tanah. Maka beruntunglah bagi orang yang mampu berkurban” (HR. Imam Tirmidzi)
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan mengenai udlhiyyah (berkurban ) adalah
1. Disunnahkan bagi orang yang berkurban untuk memotong atau menyembelih sendiri hewan kurbannya dan mengucapkan doa sebagaimana yang diajarkan oleh Rosulullah saw yaitu :
بسم الله والله أكبر ، اللهم هذا عن فلان
Dengan menyebut asma Allah, Allah yang maha besar. Ya Allah ini adalah kurban dari fulan (nama orang yang berkurban)”
Atau doa
بسم الله والله أكبر ، اللهم هذا عني وعن من لم يضح من أمتي
Dengan menyebut asma Allah, Allah yang maha besar. Ya Allah ini adalah kurban dariku, dan dari umatku yang belum berkurban”. (HR. Imam Abu Dawud & Imam Tirmidzi)
2. Dianjurkan pula bagi orang yang berkurban untuk menyaksikan hewan kurbannya ketika disembelih. Hal ini sebagaimana perintah Rosulullah saw kepada fathimah,
فإن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال لفاطمة: يا فاطمة، قومي فاشهدي أضحيتك فإنه يغفر لك عند أول قطرة من دمها كل ذنب عملته، وقولي: " إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين، لا شريك له، وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين ".
فقال أحد الصحابة: يا رسول الله، هذا لك ولاهل بيتك خاصة أو للمسلمين عامة؟ قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم: بل للمسلمين عامة.
“Sesungguhnya nabi muhammad saw berkata kepada fathimah: wahai fathimah, berdiri dan saksikanlah hewan kurbanmu, sungguh kamu akan mendapat ampunan dari dosa yang telah kamu lakukan di setiap tetesan darah yang mengalir dari hewan kurban, dan katakanlah:  sesungguhnya sholatku, kurbanku (ibadahku), hidupku, matiku ada untuk Allah; tuhan penguasa alam raya. Tidak ada sekutu baginya, karena itulah aku diperintah dan aku termasuk orang pertama yang berserah diri. Bertanya salah seorang sahabat: wahai Rosulullah, apakah amalan ini khusus bagi engkau dan keluargamu, atau berlaku untuk semua umat Islam? Rosulullah saw berkata: “amalan tersebut berlaku  umum untuk semua umat Islam” (HR. Imam Hakim)

PAHALA AMAL IBADAH YANG SETARA DENGAN PAHALA HAJI DAN UMRAH      
Ada sebuah amalan yang apabila dilakukan, ia akan memperoleh pahala seperti pahala haji dan umrah dengan sempurna. Amalan tersebut berdasarkan hadis Rosulullah saw,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من صلَّى الغداةَ في جماعةٍ ثم قعد يذكرُ اللهَ حتى تطلعَ الشمسُ ثم صلَّى ركعتيْنِ كانت لهُ كأجرِ حجَّةٍ وعمرةٍ . قال : قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ ، تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melakukan sholat subuh (Ghodah) berjama’ah kemudian ia duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian ia sholat dua rakaat, maka baginya pahala haji dan umrah. Sempurna, sempurna, sempurna”. (HR. Imam Tirmidzi, hasan ghorib).

Mengenai hadis tersebut, seorang kyai pernah menasehati santri-santrinya, kalau kalian bisa mengamalkannya setiap hari, lakukanlah. Kalau tidak bisa tiap hari, tiap pekan sekali, kalau tidak bisa tiap pekan sekali, tiap bulan sekali, kalau tidak bisa tiap bulan sekali, tiap tahun sekali, kalau tidak bisa, seumur hidup sekali.[1]
            Mengenai waktu pagi, insyaAllah saya akan membahasnya khusus dalam tema menggapai pahala pagi.
Demikian beberapa amalan ibadah yang perlu diperhatikan pada sepuluh pertama bulan Dzulhijjah. Semoga Allah swt memberikan limpahan rahmat dan karunianya supaya meringankan langkah kita untuk melaksanakan amalan-amalan sholih pada hari-hari tersebut sehingga kita mampu meraih limpahan pahala yang tidak dapat disamai amalan jihad fi sabilillah sekalipun, sebagaimana tersebut dalam hadis Rosulullah saw diatas. WAllahu A’lam Bisshowab. WAllahu Al-Muwaffiq Ila Aqwami Al-Thoriq.
وصلى الله على سيدنا محمد والحمد لله رب العالمين
Goresan Tinta Al-Rāji Ridha Rabbihi Al-Ghoniy Dzulkifli Amnan Al-Syarafani Al-Qudsyi .
Bekasi, Al-Hassan, Jum’at, 6 Dzulhijjah 1434 H/ 11 Oktober 2013 M

Semoga Bermanfaat



Maraji’ :
Al-Qur’an Al-Karim Dan Terjemah (Syamil Qur’an)
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah. (Mesir: Al-Fat Li Al-I’lam Al-‘Arabi. Cet. I. 2004)
Syaikh Nawawi Al-Bantani, Marah Labid Li Kasyfi Ma’na Al-Qur’an Al-Majid. (Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah. Cet. V. 2011)
Syaikh Muhammad Mahfud Al-Tarmasi, Hasyiyah Al-Tarmasi. (Riyadl: Dar Al-Minhaj. Cet. I. 2011).
 




[1] Kenangan ngaji bersama KH. Dr. Muslih Abdul karim, MA hafidahullah wa barakallah lahu

Powered By Blogger