Kamis, 17 November 2011

dalam dakwah kenapa harus hijrah

A.    PENDAHULUAN
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَاجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
” Muhajir adalah orang yang meninggalkan sesuatu yang diharamkan Allah” (Hr.Bukhori)[1]
Dakwah berarti mengajak. Mengajak seseorang dari menyembah sesama mahluk kepada hanya menyembah allah. Jalan dakwah bukanlah jalan lurus, mulus tanpa ujian dan cobaan. Tetapi ia adalah jalan yang terjal penuh dengan rintangan dan ujian. Tujuan dakwah adalah menegakkan kalimah allah di muka bumi. disaat jalan dakwah telah terasa buntu, banyak ujian yang menghalangi aktivitas dakwah disuatu daerah, sehingga dakwah terhenti dan tidak berkembang di daerah tersebut, allah mensyariatkan hijrah, berpindah dari daerah itu menuju daerah yang subur.inilah hijrah.
 
Dalam pandangan dai hijrah tidak sekedar sarana untuk istirahat, atau melepas kepenatan yang telah lama membelenggu dirinya, atau kesempatan untuk melalang buana berjalan-jalan  di atas bumi, tapi hijrah yang sebenarnya adalah ujian dan cobaan yang ia hadapi diluar kemampuannya, kesepian yang akan ia jumpai dalam keterasingannya di daerah itu.
Tidaklah salah bahwa hijrah adalah berpindah dari suatu daeerah ke daerah yang baru. Tapii siapa yang akan menjamin bagi orang yang berhijrah kebahagiaan dan keamanan di tempat yang baru tersebut? Bukankah hijrah berarti  berpisah dengan orang-orang tercinta? Tapi siapa yang menjamin bagi orang yang berhijrah orang yang akan menggantikan orang-orang yang dicintainya di pengasingannya?
Hijrah adalah jalan para nabi. Al-Qur’an menyebutkan beberapa nabi yang melakukan hijrah, diantaranya nabi Ibrahim as. dan nabi Luth as  
  “Maka Luth membenarkan (kenabian) nya. Dan berkatalah (Ibrahim): "Sesungguhnya aku akan hijrah (berpindah) ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Ankabuut 26).
Hijrah bukan sekedar sarana melepas lelah semata, tetapi hijrah adalah salah satu metode penyebaran dakwah. Dan cara untuk menjaga asholah dakwah dari kedloliman orang-orang dlolim dan permusuhan para thogut. Karena itulah hijrah adalahh jalan para nabi sebelum nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam guna mencari ladang dakwah yang subur dan bibit-bibit yang baik dan berkualitas.[2]
Pada masa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pernah beberapa kali terjadi hijrah, hijrah ke Habasyah dan terjadi dua kali, ke Tha’if dan ke Madinah.
Hijrah yang paling monumental adalah hijrah Rasul shollallahu alaihi wasallam. dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. 
Hijrah akan terus berlanjut, hingga kalimatullah tegak di muka bumi, dan umat islam merasa aman dalam beribadah kepada allah



B.                 Makna Hijrah
Secara bahasa Hijrah berasal dari kata هاجر يهاجر  yang berarti berpindah[3]. Atau keluar dari satu daerah ke daerah lain[4]. Atau keluar dari suatu daerah ke daerah lain dan pindahnya sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain guna mencari rizki.[5]
Hijrah dalam Alqur’an (Istilah Syar’i)
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
“. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Pendapat para ulama tentang hijrah dalam ayat ini.
1. Imam Ibnu katsir menafsirkan hijrah dalam ayat ini “meninggalkan daerah kesyirikan menuju daerah keimanan serta berpisah dengan orang-orang tercinta, kawan dan tetanggga.[6]
2. Imam Nawawi albantani menafsirkan hijrah dalam ayat ini :”yaitu orang-orang yang meninggalkan negeri mereka untuk membantu Rosulullah shollallahu alaihi wasallam”[7]
3. Imam Qurtubi menafsirkan hijrah “mereka yang meninggalkan negri mereka dan berjalan menuju madinah”[8]
4. Imam zamahsyari menafsirkan hijrah “meninggalkan negri mereka, dengan maksud lari “berlindung” kepada allah demi menyelamatkan keyakinan atau agama mereka dari negri yang penuh fitnah”[9],

C.    HIJRAH ROSULULLAH SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAM

A.    Hijrah Pertama Dalam Islam (Hijrah Ke Habasyah)
Ketika Rosulullah shollallahu alaihi wasallam melihat ujian yang menimpa sahabat-sahabatnya, dan beliau tidak mampu untuk melindungi serta mencegah siksaaan yang menimpa mereka, beliau bersabda: “seandainya kaliiann keluar ke negri habasyah, disana ada raja yang tidak pernah berbuat dlolim kepada seorangpun, negri yang baik,hingga allah memberikan jalan keluar dari masalah ini.”
Saat itu juga, kaum muslimin keluar ke negri habasyah karena takut fitnah dan berlari “memohon perlindungan kepada allah” demi menyelamatkan agama mereka. Inilah hijrah pertama dalam Islam. Termasuk orang-orang pertama yang hijrah adalah usman bin affan beserta istrinya ruqoyyah binti rosulullah shollallahu alaihi wasallam, abu hudzaifah beserta istrinya, zubair bin awwam, mus’ab bin umair, Abdurrahman bin auf. Hingga jumlah itu mencapi 80an sahabat-sahabat rosulullah yang berada di negri habasyah. [10]

B.     Hijrah ke Thoif
Siksaan orang-orang quraisy kepada Rosulullah shollallahu alaihi wasallam  dan para sahabatnya semakin keras, terlebih setelah meninggalnya istri dan paman nabi. Saat itulah beliau pergi ke Thoif dengan maksud meminta pertolongan dari kabilah tsaqif dan berharap mereeka mau menerima dakwahnya. Sampai di thoif, Rosulullah shollallahu alaihi wasallam menemui para pembesar-pembesar tsaqif, mengajak hanya beribadah kepada allah dan menyampaikan misi dakwah atas apa yang diturunkan kepadanya. Tapi mereka menolak dakwwah Rosulullah shollallahu alaihi wasallam, bahkan membalasnya dengan perkataan-perkataan kasar. Beliau berdiri meminta supaya mereka merahasiakan kabar kedatanganya ke thoif dari orang-orang quraisy. Tapi mereka tidak menjawab, bahkan menghasut orang-orang dan budak-budak mereka untuk mencaci maki dan meneriaki disertai pelemparan batu hingga menyebabkan kedua kakinya berdarah. Zaid bin tsabit yang menemani beliau, mengalami luka parah di bagian kepalanya.[11]

C.    Hijrah ke Madinah
Ketika siksaan dirasa semakin keras yang ditimpakan kaum kafir kepada rosulullah shollallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya di makkah, rosulullah shollallahu alaihi wasallam mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke madinah guna menyelamatkan agama atau keyakinan mereka.. Sampai tidak ada lagi umat islam di makkah, hanya tinggal rosulullah shollallahu alaihi wasallam dan abu bakar. Ketika allah telah mengizinkan nabi untuk hijrah ke madinah, beliau meminta abubakar untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat hijrah. Dengan perencanaan dan pertolongan dari allah, beliaupun hijrah dan selamat sampai madinah.[12]















D.    URGENSI HIJRAH
1.      Menyelamatkan Aqidah
Syaikh Muhammad said romadlon albuthi mengatakan tentang urgensi hijrah dalam bukunya fiqih siroh nabawiyah :”Berpegang teguh kepada agama dan menerapkan pilar-pilarnya adalah asas kekuatan. Karena itulah kewajiban seorang dai adalah mengerahkan segala kemampuan dan potensi untuk menjaga agama ini, dan menjadikan tanah air, harta serta hidupnya sebagai wasilah untuk menjaga dan mengokohkan aqidah..”[13]
Tidak lah berharga tanah air, harta, kedudukan ketika aqidah dan syiar-syiar islam terampas dan hilang. Karena itulah allah mensyariatkan kepada hambanya untuk mengorbankan segala sesuatu demi menjaga aqidah.[14]
Hijrah sendiri adalah perjalanan yang tidak mudah, penuh ujian dan cobaan yang pasti dilaluinya. Sebagaimana yang dialami oleh para sahabat sebelum mereka hijrah. Bertubi siksaan teerima mereka hanya karena keimanan yang mereka yakini. Oleh sebab itulah, Rosulullah sollallahu alaihi wasallam memerintahkan mereka hijrah demi menyelamatkan aqidah. Sekalipun yang tampak dari hijrah adalah meningggalkan tanah air, tetapi pada hakikatnya hijrah adalah menjaga dan menyelamatkan aqidah.

2.      Hijrah, Menyebarkan Dakwah
Rasulullah sollallahu alaihi wasallam. menyadari bahwa Mekkah bukanlah tempat yang kondusif untuk penegakkan system Islam. Masyarakat Mekkah dari hari ke hari semakin keras permusuhannya terhadap Islam. Sehingga Rasulullah sollallahu alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke madinah Dari sinilah seluruh nilai Islam dilaksanakan, Rasulullah saw. berfungsi langsung sebagai kepala Negara yang memiliki kewenangan penuh dalam urusan politik, keamanan dan hukum. Dan masjid nabawi sebagai pusat dakwah, ibadah dan pemerintahan.
Inilah yang dilakukan Rosulullah sollaallahu alaihi wassaalam, ketika suatu daerah tidak bisa dijadikan sebagai lahan yang subur untuk berdakwah, hijrah adalah keniscayaan untuk mencari lahan dakwah yang subur.
Hijrah adalah bagian dari strategi dakwah dan harokah untuk membuktikan keimanan dan kejujuran aktifis dakwah. Tabiat dakwah dan harokah adalah selalu bergerak dan dinamis, mencari kader-kader yang potensial untuk dijadikan pilar dakwah. Dan mencari tempat-tempat yang kondusif untuk dijadikan basis dan pusat dakwah sehingga system Islam dapat tegak secara sempurna.[15]

3.      Besarnya Keutamaan Hijrah
Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali menceritakan tentang hijrah , baik hakekat, proses maupun akibatnya Secara umum Al-Qur’an banyak menyebutkan keutamaan orang-orang yang berhijrah, diantaranya:
  1. Mendapat predikat mukmin yang sebenarnya dan mu’min yang jujur (8; 74,
  2. Berhak mendapat perlindungan dan pertolongan (8 ;72)
  3. Meraih rahmat dari Allah (2; 218)
  4. Dihapuskan kesalahannya (3; 195)
  5. Mendapat tempat dan posisi yang bagus di dunia dan akhirat (16; 41)
  6. Mendapat derajat yang paling tinggi (9;20)
  7. Mendapat ampunan Allah (16; 110)
  8. Mendapatkan rizki yang paling bagus dan surga (22; 58)
  9. Mendapat ridho Allah dan surga ( 9;100)
  10. Ma’iyatullah dan ta’yiidullah ( 9 ;40)
  11. Wawasan yang luas dan rezeki yang banyak ( 4; 100)




E.     PENUTUP
 Hijrah adalah keniscayaan. Karena hijrah itu berpindah dari lahan dakwah yang tandus ke lahan dakwah yang subur. Imam Syafii’i menggambarkan dalam sya’irnya yang sangat indah bahwa air yang tergenang akan busuk dan air yang mengalir akan bening dan jernih.[16]
Terbukanya kota Mekah adalah keberkahan hijrah. Seandainya Rasulullah saw. dan sahabat-sahabatnya tetap berdiam di kota Mekah, tidak pernah terbayang akan lahir sebuah kekuatan besar yang kemudian menyebarkan rahmat bagi seluruh alam. Sungguh berkat hijrah ke kota Madinah kekuatan baru umat Islam terbangun, yang darinya kepemimpinan Islam merambah jauh, tidak hanya melampaui kota Mekah, pun tidak hanya melampaui Jazirah Arabia, melainkan lebih dari itu melampaui Persia dan Romawi.
Ada beberapa dimensi hijrah yang harus kita wujudkan dalam hidup kita sehari-hari di era modern ini, agar kita medapatkan keberkahan:[17]
Pertama, dimensi personal, bahwa setiap mukmin harus selalu lebih baik kwalitas keimannya dari hari kemarin. Karenanya dalam Al-Qur’an Allah swt. selalu menggunakan kata ahsanu amala (paling baiknya amal)
Kedua, dimensi sosial, bahwa seorang mukmin tidak pantas berbuat dzalim, mengambil penghasilan secara haram dan hidup bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Seorang mukmin harus segera hijrah dari situasi sosial semacam ini.
Ketiga, dimensi dakwah, bahwa seorang mukmin tidak boleh berhenti pada titik sekedar mengaku sebagai seorang mukmin secara ritual saja, melainkan harus dibuktikan dengan mengajak orang lain kepada kebaikan



DAFTAR PUSTAKA

1.      Albajuri ,muhammad bin afifi,Nurul yaqin fi siroh sayyidil mursalin,
2.      Albuthi Muhammad said romadlon, Fiqh siroh nabawiyah, mesir: Darussalam
3.      Alqurtubimuhammad bin ahmad, Aljami’ liahkamil qur’an/tafsir qurtubi, kairo :darul kutub almisriyah
4.      Alwakil, Muhammad sayyid,Hijrah nabi( madinah: universitas islamiyah, 1400 H)
5.      Alzamahsyari, Mahmud bin umar, Tafsir alkassyaf,
6.      Diwan imam assyafii, Beirut: darul kutub ilmiyah
7.       Ibnu kasir , Tafsir qur’anul adzim, daru thoyyibah
8.      Imam nawawi bantani, Marohu labid likasyfi ma’na qur’ani majid, Beirut : darul kutub alilmiyah
9.      Maktabah syamilah
10.  Mju’jam wasith, forum bahasa arab mesir. Maktabah syuruq
11.  Muhammad bin ya’kub, Qomus muhith,  cet ke-8
12.  Munawwir Aw, kamus munawwir, pustaka progessif
13.  Nuaim zurzur, Diwan imam assyafii,Beirut:  darul kutub ilmiyah
14.  Pustaka Hadis Sembilan Imam
15.  Siroh ibnu hisyam,abdul malik bin hisyam,



[1] Sohih bukhori, bab iman no9.
[2] Hijrah nabi, Muhammad sayyid wakil, cet ke-12, hal 173
[3] Kaamus munawwir, hal1489
[4] Qomus muhith, Muhammad bin ya’kub, cet ke-8
[5] Mju’jam wasith, forum bahasa arab mesir.
[6] Tafsir qur’anul adzim, ibnu kasir,cet ke-2, hal 2:191
[7] Marohu labid likasyfi ma’na qur’ani majid, imam nawawi bantani, cet ke1, hal 1: 177
[8] Aljami’ liahkamil qur’an/tafsir qurtubi, imam qurtubi,cet ke2, hal 4:319
[9] Tafsir alkassyaf, Mahmud bin umar alzamahsyari cet ke3, hal 1: 456
[10] Fiqh siroh, Muhammad romadlon albuthi, cet ke25, hal 91
Siroh ibnu hisyam,abdul malik bin hisyam, cet ke2, hal 1:321
[11] Fiqih siroh annabawiyah, romadlon albuthi, cet ke25, hal 100
[12] Nurul yaqin fi siroh sayyidil mursalin, muhammad bin afifi albajuri, cet ke2, hal 72
[13] Fiqih siroh annabawiyah, romadlon albuthi, hal 93
[14]Ibid hal 136
[15] www.syariahonline.com
[16] Diwan imam assyafi’I, hal 36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger