Jumat, 15 Juni 2012

MERINDUKAN PERNIKAHAN (1)


MERINDUKAN PERNIKAHAN (1)

Bidadari, Pendamping hidup yang senantiasa dirindukan untuk menemani perjuangan, meringankan beban dakwah, dan mengarungi hidup bersama.
Perempuan sangatlah berperan pada kehidupan para dai. Dia mungkin menjadi sumber kenikmatan atau malah sebagai sumber kesengsaraan.
Seorang istri akan menjadi sumber kenikmatan ketika ia mampu menjadi  pendamping yang bisa menjadikan perjalanan yang penuh duri menjadi taman-taman bunga yang indah dan teduh, perjalanan yang jauh menjadi terasa dekat dan  beban yang berat menjadi ringan. ia membantu meringankan kaki untuk melangkah meniti jalan dakwah, karena ia tahu bahwa tugasnya adalah untuk senantiasa memberikan motivasi agar suami tetap istiqomah di jalan dakwah.  
Sebaliknya seorang istri bisa menjadi sumber petaka bagi seorang dai, manakala setelah pernikahan semangat dakwahnya menyurut, beban dakwah seakan semakin berat di pundaknya sehingga lama-kelamaan dakwah bukanlah prioritas utama kemudian tidak lagi terdengar namanya di pentas medan dakwah.
Adalah realitas bahwa Orang-orang yang gagal dalam pernikahan, mereka tidak memfikirkan pernikahan yang islami dan ketentuan-ketentuannya saat  di permulaan jalan, mereka dibutakan oleh keindahan  fisik  tanpa melihat pancaran kemilau iman di hati. Untuk  menjaga kehidupan rumah tangga dari masalah seperti ini, islam telah meletakkan dasar-dasar  yang kuat untuk mewujudkan rumah tangga islami yang penuh kebahagiaan. Inilah diantara dasar-dasar islam dalam membangun rumah tangga :
1.    Tujuan Pernikahan
Islam mengajarkan bahwa tujuan utama pernikahan adalah guna menyempurnakan agama.  Sebagaimana yang disabdakan rosulullah saw :
من رزقه الله امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه، فليتق الله الشطر الباقي [1]
“barang siapa yang allah berikan rizki kepadanya istri yang sholihah, sungguh ia telah membantunya pada setengah agamanya, maka hendaklah ia  bertaqwa kepada allah pada setengahnya yang lain.”
Senada dengan riwayat ini, imam albaihaqi meriwayatkan : rosulullah saw bersabda :
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي
“ketika seorang hamba menikah berarti ia telah menyempurnakan setengah agama, maka bertaqwalah ia kepada allah  pada setengahnya yang lain.”

Pernikahan islami bertujuan untuk menjaga dan menahan  diri serta  mensucikannya dengan berjalan di atas ketaatan dan kehormatan yang telah ditetapkan oleh allah swt. sungguh indah sekali ketika rosulullah saw menganjurkan para pemuda untuk segera menikah dengan tujuan agar mereka mampu menahan nafsu dan menjaga harga diri dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang keji, zina. Rosulullah saw bersabda:
يا معشر الشباب ، منن استطاع منكم الباءة فليتزوج، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu menafkahi hendaklah ia menikah, dan barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa mampu menahan nafsunya.”
Ada sebuah riwayat yang akan membangkitkan keimanan dan kemantapan hati untuk segera melangkahkan kaki menjemput bidadari di pelaminan, karena Allah swt telah berjanji akan menolong orang yang menikah demi menjaga harga dirinya. Insyaallah dengan merenungi janji allah ini, niscaya hati akan semakin yakin dan tidak khawatir serta takut akan masalah rizki, karena janji allah pasti benar. Rosulullah saw bersabda :
وقال الرسول صلى الله عليه وسلم : ثلاثة حق على الله عونهم، المجاهد في سبيل الله والمكاتب الذي يريد الأداء والناكح الذي يريد العفاف[2]
“tiga orang, menjadi hak Allah swt untuk menolong mereka yaitu : orang yang berjihad (mujahid ) di jalan allah, mukatab (seorang budak ) yang ingin memerdekakan dirinya dengan tebusan , dan orang yang menikah untuk menjaga harga dirinya (iffah).”
Pernikahan juga bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga muslim (keluarga muslim), karena diharapkan dari kumpulan keluarga muslim yang sholih akan lahir masyarakat islami. Inilah impian yang sangat berharga bagi setiap mukmin, karena alqur’an sendiri mensifati orang yang mempunyai impian seperti itu dengan firman allah swt:
والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
“Dan mereka yang mengatakan (berdoa) wahai tuhan kami jadikanlah istri dan keturunan kami sebagai penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang – orang yang bertaqwa.”
Inilah tujuan –tujuan pernikahan dalam islam, tujuan yang begitu mulia yang tidak hanya memfikirkan kebutuhan fisik individu semata tetapi tujuan yang lebih besar untuk terciptanya masyarakat yang berpegang teguh pada ajaran –ajaran alqur’an dan assunnah.
2.    Memilih Pendamping Hidup
Islam mengajarkan setiap orang yang merindukan pernikahan untuk selektif dalam memilih pedamping hidup. Karena hal itu menjadi salah satu sebab terwujudnya kehidupan rumah tangga yang islami, harmonis dan kepaduan antara suami- istri. Rosulullah saw bersabda :
تخيروا لنطفكم فإن العرق نزاع، وفي رواية دساس
“selektiflah kalian untuk air mani kalian, karena ia sangat sensitif”
Islam telah menjelaskan arti selektif dalam memilih pendamping hidup yaitu selektif dalam masalah akhlaq dan agama, inilah yang terpenting. Adapun kecantikan harta dan nasab dilihat setelah agamanya. Karena kelembutan akhlaq lebih kekal dari pada kecantikan fisik, kaya iman lebih berharga daripada kaya harta. Semua ini sesuai dengan sabda rosulullah saw :
" لا تزوجوا النساء لحسنهن فعسى حسنهن أن يرديهن، ولا تزوجوهن لأموالهن فعسى أموالهن أن تطغيهن ، ولكن تزوجوهن على الدين، ولأمة خرماء خرقاء ذات دين أفضل " [3]
“janganlah menikahi wanita karena kecantikannya, karena hal itu akan merusaknya, dan janganlah menikahi mereka karena hartanya, karena hal itu bisa membuatnya dholim (angkuh), tetapi nikahilah mereka atas dasar agama. Sungguh budak wanita yang cacat dan mempunyai agama itu lebih baik.”
Sungguh indah ketika kecantikan luar berpadu dengan kecantikan dalam pada diri seorang wanita. Ia beragama, cantik, kaya dan dari keturunan yang baik. Inilah anugrah dan rizki yang tak ternilai. Karena Dialah sebaik-baik wanita sebagaimana yang disabdakan Rosulullah saw :
خير نسائكم من إذا نظر إليها زوجها سرته، وإذا أمرها أطاعته ، وإذا غاب عنها حفظته في نفسه وماله.[4]
“sebaik-baik istri kalian adalah apabila suami memandang istrinya , ia membuatnya senang (bahagia), dan apabila diperintah ia taat, dan apabila suami pergi ia menjaga diri (kehormatannya) dan hartanya.”
Pernikahan bukanlah bertujuan untuk menumpuk kekayaan tetapi pernikahan adalah jalan menuju kaya. Mari sejenak  merenungi ketika allah swt berfirman :
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله
”dan kawinkanlah orang-rang yang sendirian diantara kalian dan orang-orang sholih dari hamba-hamba sahaya kalian baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin allah akan memeberikan mereka kekayaan dari sebagian karunianya.”
Jadi tidak alasan takut miskin setelah menikah karena sekali lagi allah berjanji akan memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada allah swt?!
Dengan demikian pernikahan adalah jalan menuju kaya dengan karunia allah swt. ayat ini dikuatkan dengan hadis nabi saw;
" من تزوج امرأة لعزها لم يزده الله إلا ذلا ومن تزوجها لمالها لم يزده الله إلا فقرا ومن تزوجها لحسبها لم يزده الله إلا دناءة، ومن تزوج امرأة لم يرد بها إلا أن يغض بصره ويحصن فرجه أو يصل رحمه بارك الله له فيها وبارك لها فيه.[5]
“barangsiapa yang menikahi wanita karena kemuliaannya (pangkatnya) maka allah tidak akan menambahnya kecuali kehinaan, barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka allah tidak akan menambahinya kecuali kemiskinan, dan baarngsiapa yang menikahi wanita karena garis keturunannya maka allah tidak akan menambahinya kecuali kerendahan, dan barangsiapa yang menikahi wanita tidak menginginkan kecuali agar ia dapat mmenahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, atau menyambung silaturrahmi, maka allah akan melimpahkan berkah untuk dia dan istrinya.”


[1] رواه الطبراني في الأوسط
[2] رواه الترمذي وقال : حديث صحيح حسن
[3] رواه ابن ماجه
[4] أخرجه النسائي من حديث أبي هريرة
[5] رواه الطبراني في الأسط

3 komentar:

  1. Menikah untuk menyempurnakan separuh agama, cukupkah?

    ”Apabila seorang hamba menikah maka sungguh orang itu telah menyempurnakan setengah agama maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya.” (H.R. Baihaqi)

    Hadist di atas sangat masyhur di kalangan muslim. Tapi sayang, yang banyak dibicarakan sekedar menikah itu menyempurnakan separuh agamanya. Padahal kan nggak berhenti di situ. Coba kita amati lagi hadist tersebut. Di bagian belakang hadist tersebut ada kata-kata "...maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya".

    Ini yang mungkin kurang dibahas. Bahwa menyempurnakan agama itu nggak cukup hanya separuh saja (dengan jalan menikah). Tapi mustinya ada ghirah, ada semangat untuk menyempurnakan agamanya secara utuh. Nggak lucu dong kita menyempurnakan tapi separuhnya doang. Ibarat kita bangun rumah tapi temboknya cuma setengah tingginya trus nggak ada atapnya. Mana bisa dipakai buat berteduh, ya nggak?

    Terus bagaimana tuh caranya? Nggak ada cara lain, ya dengan bertakwa kepada Allah supaya agamanya sempurna, utuh.

    Nah, di sinilah pernikahan itu akan menjadi barokah, akan menjadi manfaat ketika pernikahan itu dipakai sebagai sarana meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Jadi mustinya pernikahan itu membuat ketakwaan atau paling tidak semangat seseorang untuk memperbaiki ketakwaannya kepada Allah meningkat. Ibadahnya makin rajin, shodaqohnya makin bagus, yang jadi suami lebih rajin, lebih semangat nyari nafkah, dll.

    Jadi lucu kalau ada orang yang setelah nikah justru ibadahnya melorot. Musti ada yang dikoreksi dalam dirinya. Apa nih kira-kira yang salah?

    Lalu ada pertanyaan begini: kan nggak ada ukuran baku buat menilai ketakwaan seseorang naik apa nggak, gimana cara ngukurnya?

    Kita mah nggak perlu menilai orang lain ya. Cukup kita nilai diri kita sendiri. Setelah nikah, shalat kita gimana? Shadaqah kita gimana? Ngaji kita gimana? Intinya, seberapa baik kita menjalankan perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya. Ada perbaikan, tetep segitu aja, atau malah merosot?

    Yuk, yang udah pada nikah kita introspeksi diri lagi, muhasabah lagi. Tapi nggak cuma yang udah nikah aja. Yang belum nikah juga kudu introspeksi, kudu muhasabah. Mempersiapkan diri dan mengingatkan diri sendiri supaya kalau nanti udah nikah tambah baik lagi.

    Jadi sekarang kita punya goal nih, punya target yang amat sangat penting buat kita raih.
    Targetnya: MENYEMPURNAKAN AGAMA SECARA UTUH, NGGAK CUMA SETENGAH.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Powered By Blogger