Selasa, 03 April 2012

HIJRAH sejarah dan problematika


HIJRAH
1.      PENDAHULUAN
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
” Muhajir adalah orang yang meninggalkan sesuatu yang diharamkan Allah” (Hr.Bukhori)[1]
               Dakwah berarti mengajak. Mengajak seseorang dari menyembah sesama mahluk kepada hanya menyembah allah. Jalan dakwah bukanlah jalan lurus, mulus tanpa ujian dan cobaan. Tetapi ia adalah jalan yang terjal penuh dengan rintangan dan ujian. Tujuan dakwah adalah menegakkan kalimah allah di muka bumi. disaat jalan dakwah telah terasa buntu, banyak ujian yang menghalangi aktivitas dakwah disuatu daerah, sehingga dakwah terhenti dan tidak berkembang di daerah tersebut, allah mensyariatkan hijrah, berpindah dari daerah itu menuju daerah yang subur.inilah hijrah.
Dalam pandangan dai hijrah tidak sekedar sarana untuk istirahat, atau melepas kepenatan yang telah lama membelenggu dirinya, atau kesempatan untuk melalang buana berjalan-jalan  di atas bumi, tapi hijrah yang sebenarnya adalah ujian dan cobaan yang ia hadapi diluar kemampuannya, kesepian yang akan ia jumpai dalam keterasingannya di daerah itu.
Tidaklah salah bahwa hijrah adalah berpindah dari suatu daeerah ke daerah yang baru. Tapii siapa yang akan menjamin bagi orang yang berhijrah kebahagiaan dan keamanan di tempat yang baru tersebut? Bukankah hijrah berarti  berpisah dengan orang-orang tercinta? Tapi siapa yang menjamin bagi orang yang berhijrah orang yang akan menggantikan orang-orang yang dicintainya di pengasingannya?
Hijrah adalah jalan para nabi. Al-Qur’an menyebutkan beberapa nabi yang melakukan hijrah, diantaranya nabi Ibrahim as. dan nabi Luth as
  “Maka Luth membenarkan (kenabian) nya. Dan berkatalah (Ibrahim): "Sesungguhnya aku akan hijrah (berpindah) ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Ankabuut 26).
Hijrah bukan sekedar sarana melepas lelah semata, tetapi hijrah adalah salah satu metode penyebaran dakwah. Dan cara untuk menjaga asholah dakwah dari kedloliman orang-orang dlolim dan permusuhan para thogut. Karena itulah hijrah adalahh jalan para nabi sebelum nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam guna mencari ladang dakwah yang subur dan bibit-bibit yang baik dan berkualitas.[2]
Pada masa Rasulullah saw. pernah beberapa kali terjadi hijrah, hijrah ke Habasyah dan terjadi dua kali, ke Tha’if dan ke Madinah. Hijrah yang paling monumental adalah hijrah Rasul saw. dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah. Hijrah akan terus berlanjut, hingga kalimatullah tegak di muka bumi, dan umat islam merasa aman dalam beribadah kepada allah.
Makalah ini membahas tentang perkembangan dakwah saat hijrah dan problematika dakwah yang dihadapi dan bagaimana mengaplikasikan hal itu pada zaman sekarang.



2.      MAKNA HIJRAH
Secara bahasa Hijrah adalah bentuk masdar dari fiil haajara-yuhaajiru ( هاجر يهاجر  ) yang berarti berpindah[3]. Atau keluar dari satu daerah ke daerah lain[4]. Atau keluar dari suatu daerah ke daerah lain dan pindahnya sekelompok orang dari suatu tempat ke tempat lain guna mencari rizki.[5]
Hijrah Dalam Alqur’an (Istilah Syar’i)
Allah subhanahu wata’ala berfirman : 
“. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (Qs. Ali Imran : 195)
Pendapat para ulama tentang makna hijrah dalam ayat ini:
1. Imam Ibnu Katsir menafsirkan hijrah dalam ayat ini “meninggalkan daerah kesyirikan menuju daerah keimanan serta berpisah dengan orang-orang tercinta, kawan dan tetanggga.[6]
2. Imam Nawawi al-Bantani menafsirkan hijrah dalam ayat ini :”yaitu orang-orang yang meninggalkan negeri mereka untuk membantu Rosulullah shollallahu alaihi wasallam”[7]
3. Imam Qurtubi menafsirkan hijrah “mereka yang meninggalkan negri mereka dan berjalan menuju madinah”[8]
4. Imam Zamahsyari menafsirkan hijrah “meninggalkan negri mereka, dengan maksud lari “berlindung” kepada allah demi menyelamatkan keyakinan atau agama mereka dari negri yang penuh fitnah”[9].          
Adapun dalam  tinjauan historis hijrah berarti pindahnya nabi Muhammad saw dari makkah ke madinah. Sebagaimana firman allah swt :
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
“dan ingatlah, ketika orang-orang kafir quraisy memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menngkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu dayaa dan allah menggagalkan tipudaya itu. Dan allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Qs.al-Anfal :30)



3.      HIJRAH ROSULULLAH SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAM

A.    HIJRAH PERTAMA DALAM ISLAM (HIJRAH KE HABASYAH)
Ketika Rosulullah shollallahu alaihi wasallam melihat berbagai macam ujian yang menimpa para sahabatnya, sedang beliau tidak mampu melindungi dan mencegah siksaaan yang menimpa mereka, beliau bersabda: “seandainya kalian keluar ke negri Habasyah, disana ada raja yang tidak pernah berbuat dlolim kepada seorangpun, negri yang baik, sehingga Allah memberikan jalan keluar dari masalah ini.”
Saat itu juga, kaum muslimin menuju ke negri Habasyah untuk menghindari fitnah dan berlari “memohon perlindungan kepada Allah” demi menyelamatkan agama mereka. Inilah hijrah pertama dalam Islam. Termasuk orang-orang pertama yang hijrah adalah Usman bin Affan beserta istrinya Ruqoyyah binti Rosulullah shollallahu alaihi wasallam, Abu Hudzaifah beserta istrinya, Zubair bin Awwam, Mus’ab bin Umair, Abdurrahman bin Auf. Hingga jumlah itu mencapi 80-an sahabat-sahabat Rosulullah yang berada di negri Habasyah. [10]
B.     HIJRAH KE THOIF
Siksaan orang-orang Quraisy kepada Rosulullah shollallahu alaihi wasallam  dan para sahabatnya semakin keras, terlebih setelah meninggalnya istri dan paman nabi. Maka beliau pergi ke Thoif dengan tujuan meminta pertolongan dari kabilah tsaqif dan berharap mereka mau menerima dakwahnya. Sampai di Thoif, Rosulullah shollallahu alaihi wasallam menemui para pembesar-pembesar Tsaqif, mengajak hanya beribadah kepada Allah dan menyampaikan misi dakwah atas apa yang diturunkan kepadanya. Tapi mereka menolak dakwah Rosulullah shollallahu alaihi wasallam, bahkan membalasnya dengan perkataan-perkataan kasar. Beliau pun berdiri meminta supaya mereka merahasiakan kabar kedatanganya ke Thoif dari orang-orang Quraisy. Tapi mereka tidak menjawab, bahkan menghasut orang-orang dan budak-budak mereka untuk mencaci maki dan meneriaki disertai pelemparan batu hingga menyebabkan kedua kakinya berdarah. Zaid bin Tsabit yang menemani beliau, mengalami luka parah di bagian kepalanya.[11]
C.    Hijrah ke Madinah
Ketika siksaan dirasa semakin keras yang ditimpakan kaum kafir kepada Rosulullah shollallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya di Makkah, Rosulullah shollallahu alaihi wasallam mengizinkan para sahabatnya untuk hijrah ke Madinah demi menyelamatkan agama atau keyakinan mereka.. Sampai tidak ada lagi umat islam di Makkah, kecuali hanya Rosulullah shollallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar. Ketika Allah telah mengizinkan Nabi untuk hijrah ke Madinah, beliau meminta Abu Bakar untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat hijrah. Dengan perencanaan dan pertolongan dari Allah, beliaupun hijrah dan selamat sampai madinah.[12]



4.      URGENSI HIJRAH
A.    Menyelamatkan Aqidah
Berpegang teguh kepada agama dan menerapkan pilar-pilarnya adalah asas kekuatan. Oleh karena itu, kewajiban seorang dai adalah mengerahkan segala kemampuan dan potensi untuk menjaga agama ini, dan menjadikan tanah air, harta serta hidupnya sebagai wasilah untuk menjaga dan mengokohkan aqidah..[13]
Tanah air, harta, dan kedudukan tidak berguna ketika aqidah dan syiar-syiar islam terampas dan hilang. Oleh sebab itu, allah mensyariatkan kepada hambanya untuk mengorbankan segala sesuatu demi menjaga aqidah. Diantara syariat itu adalah hijrah.[14]
Hijrah sendiri adalah perjalanan yang tidak mudah, penuh ujian dan cobaan. Sebagaimana yang dialami oleh para sahabat sebelum mereka hijrah. Betapa banyak siksaan yang menimpa mereka karena keimanan yang mereka yakini. Oleh sebab itulah, Rosulullah sollallahu alaihi wasallam memerintahkan mereka hijrah untuk menyelamatkan aqidah. Meskipun yang tampak dari hijrah adalah meningggalkan tanah air, tetapi pada hakikatnya hijrah adalah menjaga dan menyelamatkan aqidah.

B.     Hijrah, Menyebarkan Dakwah
Rasulullah sollallahu alaihi wasallam. menyadari bahwa Mekkah bukanlah tempat yang kondusif untuk penegakkan system Islam. Masyarakat Mekkah dari hari ke hari semakin keras permusuhannya terhadap Islam. Sehingga Rasulullah sollallahu alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke madinah Dari sinilah seluruh nilai Islam dilaksanakan, Rasulullah saw. berfungsi langsung sebagai kepala Negara yang memiliki kewenangan penuh dalam urusan politik, keamanan dan hukum. Dan masjid nabawi sebagai pusat dakwah, ibadah dan pemerintahan.
Inilah yang dilakukan Rosulullah sollaallahu alaihi wassaalam, ketika suatu daerah tidak bisa dijadikan lahan yang subur untuk berdakwah, hijrah adalah keniscayaan untuk mencari lahan dakwah yang subur.
Hijrah adalah bagian dari strategi dakwah dan harokah untuk membuktikan keimanan dan kejujuran aktifis dakwah. Tabiat dakwah dan harokah adalah selalu bergerak dan dinamis, mencari kader-kader yang potensial untuk dijadikan pilar dakwah. Dan mencari tempat-tempat yang kondusif untuk dijadikan basis dan pusat dakwah sehingga system Islam dapat tegak secara sempurna.[15]

C.    Besarnya Keutamaan Hijrah
Al-Qur’an dan Sunnah banyak sekali menceritakan hijrah ini, baik hakekat, proses maupun akibatnya Secara umum Al-Qur’an banyak menyebutkan keutamaan orang-orang yang berhijrah, diantaranya:
  1. Mendapat predikat mukmin yang sebenarnya dan mu’min yang jujur. Sebagaimana firman allah swt: 
“ Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (Qs. An-anfal:74)
  1. Berhak mendapat perlindungan dan pertolongan (8 ;72)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger