Senin, 20 Januari 2014

THE POWER of LOVE (Mahabbatu Rasulillah)



THE POWER of LOVE
(Mahabbatu Rasulillah)
Cinta adalah kekuatan. Ia membakar seperti api. Mengalir seperti air. Menghujam seperti gunung. Ia menggerakkan, dan merubah. Kekuatan itulah cinta. Sejarah telah merekam episode-episode cinta agung. Episode-episode cinta sahabat kepada Rasulullah saw. Cinta yang tak lekang oleh pudarnya masa. Cinta yang terus berkembang dan tak pernah layu. Cintanya kepadanya mengalahkan cintanya kepada anak, istri bahkan dirinya sendiri.  Itulah kekuatan cinta yang sempurna.
Suatu kali Umar Ibn Khattab mengutarakan, cintanya kepada dirinya melebihi cintanya kepada Rasulullah saw, tetapi ketika Rasulullah saw berkata, tidak ya Umar, sehingga aku lebih dicintai dari selainnya, saat itu juga ia merubah cintanya kepada Rasulullah lebih didahulukan daripada cintanya kepada dirinya sendiri.
Begitu juga, ketika seorang sahabat Rasulullah saw tertangkap dan dikatakan kepadanya, bahwa dia akan dilepaskan dan sebagai ganti Rasulullah saw yang menjadi penggantinya untuk disiksa, seketika itu ia mengakatan dengan penuh cinta, demi Allah, seandainya Rasulullah saw terkena duri, sedang kami di rumah, kami tidak akan membiarkannya (tidak rela), bagaimana mungkin kami rela ia disiksa sebagai ganti kami?!
Disisi lain ketika perang Uhud, cinta memberikan kekuatan kepada para sahabat. Mereka rela menjadi tameng hidup untuk melindungi Rasulullah saw dari tusukan pedang, tombak dan hujaman anak panah. Cinta telah membakar diri mereka hingga mereka pun kokoh seperti gunung meskipun pedang-pedang musuh bersiap menyayat tubuh mereka. Bahkan dengan cinta, mereka bangga mengatakan, tidak ada alasan bagi Anshar untuk hidup kalau Rasulullah saw tidak selamat dalam Uhud.
Cinta para sahabat kepada Rasulullah saw adalah cinta yang berkekuatan. Cinta itu merubah mereka menyadari hakikat hidup. Cinta itu meneguhkan kaki mereka untuk menapaki jalan dakwah, jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan rintangan dan siksaan. Cinta itu mengobarkan nyala api keimanan untuk meraih syurga yang abadi. Cinta itulah yang menjadikan mereka memilih untuk mentaati dan menerima semua yang diperintahkan Rasulullah saw. Sebagaimana kisah sahabat Rasulullah, Julaibib yang dijodohkan oleh Rasulullah saw dengan salah seoarang putri keluarga anshar. Ketika ibunya mendengarkan yang akan menikahinya adalah pemuda yang miskin, Julaibib, ia merasa berat untuk menikahkan anaknya kepadanya. Tetapi ketika sang putri tersebut mendengar hal tersebut, bahwa itu adalah perintah Rasulullah saw, maka tidak ada keraguan sama sekali di dalam hati wanita tersebut untuk menolak perintah Rasulullah saw.
Inilah cinta. Cinta yang mampu merubah dunia. Cinta yang meruntuhkan kedigdayaan singgana Persia dan Romawi. Dan cinta itulah kekuatan. Uhibbuka ya sayyidi ya Rasulullah saw. Usholli wa usallimu alfa alfi sholatin wa salamin ya Habiballah Rasulallah al-Mujtaba. 



Al-Faqir Ila ‘Afwi Rabbihi Al-Ghani Dzul Kifli Amnan Al-Syarafani Al-Qudsyi
Bekasi, 20/01/2014 Menjelang Adzan Ashar
Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger