THE POWER of LOVE
(Mahabbatu Rasulillah)
Cinta adalah kekuatan. Ia membakar seperti api. Mengalir seperti
air. Menghujam seperti gunung. Ia menggerakkan, dan merubah. Kekuatan itulah
cinta. Sejarah telah merekam episode-episode cinta agung. Episode-episode cinta
sahabat kepada Rasulullah saw. Cinta yang tak lekang oleh pudarnya masa. Cinta yang
terus berkembang dan tak pernah layu. Cintanya kepadanya mengalahkan cintanya
kepada anak, istri bahkan dirinya sendiri. Itulah kekuatan cinta yang sempurna.
Suatu kali Umar Ibn Khattab mengutarakan, cintanya kepada dirinya
melebihi cintanya kepada Rasulullah saw, tetapi ketika Rasulullah saw berkata,
tidak ya Umar, sehingga aku lebih dicintai dari selainnya, saat itu juga ia
merubah cintanya kepada Rasulullah lebih didahulukan daripada cintanya kepada
dirinya sendiri.
Begitu juga, ketika seorang sahabat Rasulullah saw tertangkap dan
dikatakan kepadanya, bahwa dia akan dilepaskan dan sebagai ganti Rasulullah saw
yang menjadi penggantinya untuk disiksa, seketika itu ia mengakatan dengan
penuh cinta, demi Allah, seandainya Rasulullah saw terkena duri, sedang kami
di rumah, kami tidak akan membiarkannya (tidak rela), bagaimana mungkin kami
rela ia disiksa sebagai ganti kami?!
Disisi lain ketika perang Uhud, cinta memberikan kekuatan kepada
para sahabat. Mereka rela menjadi tameng hidup untuk melindungi Rasulullah saw
dari tusukan pedang, tombak dan hujaman anak panah. Cinta telah membakar diri
mereka hingga mereka pun kokoh seperti gunung meskipun pedang-pedang musuh
bersiap menyayat tubuh mereka. Bahkan dengan cinta, mereka bangga mengatakan, tidak
ada alasan bagi Anshar untuk hidup kalau Rasulullah saw tidak selamat dalam Uhud.
Cinta para sahabat kepada Rasulullah saw adalah cinta yang
berkekuatan. Cinta itu merubah mereka menyadari hakikat hidup. Cinta itu
meneguhkan kaki mereka untuk menapaki jalan dakwah, jalan kebenaran, jalan yang
penuh dengan rintangan dan siksaan. Cinta itu mengobarkan nyala api keimanan
untuk meraih syurga yang abadi. Cinta itulah yang menjadikan mereka memilih untuk
mentaati dan menerima semua yang diperintahkan Rasulullah saw. Sebagaimana kisah
sahabat Rasulullah, Julaibib yang dijodohkan oleh Rasulullah saw dengan salah seoarang
putri keluarga anshar. Ketika ibunya mendengarkan yang akan menikahinya adalah
pemuda yang miskin, Julaibib, ia merasa berat untuk menikahkan anaknya
kepadanya. Tetapi ketika sang putri tersebut mendengar hal tersebut, bahwa itu adalah
perintah Rasulullah saw, maka tidak ada keraguan sama sekali di dalam hati
wanita tersebut untuk menolak perintah Rasulullah saw.
Inilah cinta. Cinta yang mampu merubah dunia. Cinta yang meruntuhkan
kedigdayaan singgana Persia dan Romawi. Dan cinta itulah kekuatan. Uhibbuka ya
sayyidi ya Rasulullah saw. Usholli wa usallimu alfa alfi sholatin wa salamin ya
Habiballah Rasulallah al-Mujtaba.
Al-Faqir Ila ‘Afwi Rabbihi Al-Ghani Dzul Kifli Amnan Al-Syarafani Al-Qudsyi
Bekasi, 20/01/2014 Menjelang Adzan Ashar
Semoga Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar