Belajar dari Kesalahan
Kesalahan merupakan hal yang tidak disukai. Karena salah berarti
tidak benar, gagal, atau tidak bisa. Sehingga ketika terjadi kesalahan tertanam
di alam pikir rasa bersalah, kurang dan tertanam di hati rasa putus asa.
Benarkah? Mungkin iya mungkin tidak, tapi pastinya coba kita buang
cara berfikir seperti ini. Sebaliknya kesalahan kita jadikan sebagai titik
balik menuju keberhasilan. Dalam arti, kesalahan adalah pasti, dan perlu,
karena tidak ada pembelajar kecuali akan mengalami kesalahan. Apa pun itu dan
siapapun itu.
Karena setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Karena tidak
ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Tetapi yang membedakan orang
besar dan orang kecil adalah bagaimana cara mereka menyikapi kesalahan. Adalah sebuah
fakta, bahwa orang besarlah orang yang paling banyak melakukan kesalahan.
Dengan kesalahan tersebut, ia belajar dan belajar hingga ia pun mammpu menjadi orang
besar. Berbeda dengan orang kecil, ketika terjadi kesalahan ia langsung merasa
bersalah, putus asa bahkan menyerah.
Lihatlah sejarah, berapa kali umat Islam berusaha menaklukan
benteng kokoh konstantinopel, berapa kali itu pula mereka mengalami kegagalan. Sudah
jauh hari, ketika Rasulullah SAW menjanjikan bahwa umat Islam akan mampu menaklukannya
dan memberi penghargaan yang sangat tinggi dengan sabdanya, sebaik-baik
panglima adalah panglima yang bisa menaklukan konstantinopel dan sebaik-baik
pasukan adalah pasukannya. Pada masa Mu’awiyah, sudah ada usaha untuk
menaklukkan benteng kokoh tersebut, tetapi selalu gagal. Begitu juga dengan
pengusa sesudahnya tapi tetap saja mengalami kegagalan. Berangkat dari
berbagai kesalahan dan kegagalan itu, muncul seorang pemuda yang bernama Muhammad al-Fatih. Ia belajar dari berbagai kegagalan untuk mampu merontohkan
benteng kuat konstantinopel, hingga akhirnya ia berhasil melakukannya, dan
namanya akan terus tercatat dalam sejarah dunia dan kebanggan untuk menisbahkan
gelar sebaik-baik pemimpin sepersti yang disabdakan Rasulullah SAW.
Intinya kesalahan adalah titik balik menuju kesuksesan. Seperti
anak kecil yang baru belajar berjalan. Berapa kali ia berjalan dan berapa kali
ia terjatuh dan menangis. Tetapi ia tidak putus asa untuk terus belajar, hingga
ia pun bisa berjalan bahkan berlari. Begitulah kita, kalian, dan semua orang
perlu belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik. Tidak mudah putus asa
dan menyerah. Bangkit, terus berusaha dan bisa. Inilah pesan Rasulullah SAW
supaya kita belajar dari kesalahan,dan menjadi lebih baik.
عن أنس، أن النبي صلى
الله عليه وسلم قال: «كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون»
Dari anas, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “setiap bani Adam
(manusia) pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang
yang bertaubat (menjadi lebih baik)”. (HR. Imam Tirmidzi. 4/659. No. 2499)[1]
والله أعلم بالصواب ووفقنا جميعا
Semoga bermanfaat
Ditulis
oleh al-faqir ila ridha rabbihi al-ghaniy dzul kifli amnan al-syarafani
al-qudsy
Bekasi,
20 maret 2014 menjelang adzan ‘ashr
[1] Lihat: Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin
Dhahhak al-Tirmidzi, Abu Isa (w.279), Sunan al-Tirmidzi, tahqiq: A. Muhammad
Syakir, M. fuad ‘abd al-Baqi, Ibrahim,(Mesir: Syirkah Maktabah wa Mathba’ah
Musthafa al-Bab al-Halabi. Cet. II. 1975 M). jilid. 4. Hal. 659. No. 2499
Tidak ada komentar:
Posting Komentar