Syafa’at Cinta
Cinta adalah konsekuensi. Karena itu memilih kekasih haruslah
selektif, tidak asal pilih. Cinta dalam arti umum, akan dipertanggungjawabkan
sampai di akhirat, penentuannya adalah disini, di dunia. Teringat sabda Rosulullah
saw, bahwa Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai. Hadis
tersebut menjelaskan bahwa kalau seseorang mencintai Rosulullah, para sahabat,
para syuhada, para ulama, orang sholih, orang jujur, maka ia akan dikumpulkan
bersama mereka. tetapi sebaliknya, ketika cinta itu salah sasaran, mencintai
para penguasa dholim dan diktator, para pecinta dunia, orang yang sombong,
penipu, korupsi, artis yang mengumbar aurat, atau orang-orang yang suka
bermaksiat kepada allah, maka ia akan dikumpulkan bersama mereka. karena cinta
adalah konsekuensi sampai akhir.
Kyai Maimun Zubair Sarang menulis tentang cinta dalam muqoddimahnya
pada sebuah kitab karya syaikh muhammad mahfuzh al-tarmasi, ‘inayah al-muftakir,kecintaan
saya kepada para ulama adalah dengan berusaha menjadikan mereka sebagai panutan
dalam mencari ilmu dan menempuh jalan mengenal allah swt meskipun pada
kenyataanya saya bukan termasuk mereka dan belum merasakan pengalaman spiritual
sebagaimana yang telah mereka amalkan tetapi menjadi harapan saya dengan
mencintai mereka allah berkenan mengumpulkan saya dengan mereka di dalam
syurganya di akhirat kelak. Karena sebagaaimana hadis rosulullah saw yang
diriwaayatkan oleh imam muslim dari anas ibn malik berkata, :
جاء
رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : يا رسول الله متى الساعة ؟ قال : وما
أعددت الساعة ؟ قال : حب الله ورسوله، قال : فإنك مع من أحببت. قال أنس : فما
فرحنا بعد الإسلام فرحا أشد من قول النبي صلى الله عليه وسلم، فإنك مع من أحببت،.
قال أنس : فأنا أحب الله ورسوله وأبا بكر وعمر ، فأرجو أن أكون معهم وإن لم أعمل
بأعمالهم.
Datang seorang laki-laki kepada rosulullah saw seraya berkata :
wahai rosulullah saw, kapan terjadi hari kiamat? Rosulullah saw berkata : apa
yang membuatmu menyebut hari kiamat?ia berkata : cinta allah dan rosulnya.
Rosulullah saw bersabda : “engkau bersama orang yang engkau cintai. anas
berkata: kami tidak pernah merasakan kebahagian yang sangat setelah masuk islam
daripada mendengar perkataan rosulullah saw “sesungguhnya engkau bersama orang
yang engkau cintai”. ia melanjutkan: sungguh aku mencintai allah, rosulnya, abu
bakar, umar. Aku berharap termasuk bagian dari mereka meski belum beramal
sebagaimana yang telah mereka amalkan.
وفي
رواية له عن عبد الله بن مسعود قال : جاء رجل إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
فقال : يا رسول الله ، كيف ترى في رجل أحب قوما ولما يلحق بهم، قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم : المرء مع من أحب.
“Datang seorang laki-laki kepada Rosulullah saw seraya berkata, : “wahai
Rosulullah saw, bagaimana pendapatmu terhadap seseorang yang mencintai orang
lain, tetapi ia belum pernah bertemu dengannya?. Rosulullah saw menjawab: “seseorang
bersama orang yang ia cintai”
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan, : “hadis ini
menerangkan keutamaan mencintai allah, rosulnya, orang-orang sholih, dan ahli
kebaikan baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan tidaklah
menjadi syarat mencintai mereka beramal seperti apa yang mereka lakukan, karena
seandainya ia dapat beramal seprti yang mereka lakukan niscaya ia sama
seperti atau termasuk dalam golongan
mereka, begitu juga yang dimaksud bersama mereka tidak mesti sama seperti
mereka dalam masalah derajat dan pahala.”
Dijelaskan di dalam kitab Tuhfat Alakhwadzi : “yaitu orang
yang mencintai suatu kaum dengan ikhlas, ia termasuk kelompok mereka meskipun
belum beramal sepbagaimana yang telah mereka amalkan, yang demikian karena
kedekatan hati mereka yang didasari oleh rasa cinta.”
Jika para sahabat merasakan kebahagiaan yang luar biasa setelah
mereka masuk islam karena cinta tersebut seperti yang dikatakan Anas Ibn Malik,
maka bagaimana kiranya dengan orang-orang yang datang setelah mereka , terlebih pada zaman kita saat ini.
Karena itu ada yang mengatakan:
أحب
الصالحين ولست منهم لعل الله يرزقني صلاحا
“saya mencintai orang-orang sholih padahal diriku bukan termasuk
mereka, tetapi saya mengharapkan supaya allah memberikan kepadaku kebaikan”
وقال
أخر :
أحب
الصالحين ولست منهم لعلي أن أنال بهم
شفاعة
وأكره
من بضاعته المعاصي وإن كنا سواء في
البضاعة
“saya
mencintai orang-orang sholih padahal saya bukan dari mereka, semoga karena
mencintai mereka saya mendapat syafaat, saya membenci orang yang suka berbuat
maksiat, meskipun saya melakukannya”
Semoga allah menjadikan ku termasuk orang-orang yang mencintai
orang sholih, dengan mengharap supaya allah mengumpulkan ku dalam goloongan
mereka dan berkumpul dengan mereka di syurganya yang penuh dengan kenikmatan.[1]
Demikian
penjelasan kyai maimun zubair yang menegaskan bahwa cinta adalah konsekuensi
sampai akhir. Karena itu rasa cinta kepada siapa dan apapun itu hendaknya
berdasarkan karena cinta kepada allah swt, karena cinta itulah yang akan
mendatangkan syafa’at di hari kiamat. Sebagaimana sabda rosulullah saw, yang
dituliskan imam nawawi di dalam kitabnya riyadl al-sholihin,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : قال الله تبارك وتعالى :
المتحابون في جلالي لهم منابر من نور يغبطهم النبيون والشهداء.
“Orang-orang yang mencintai karena aku
(allah), bagi mereka adalah mimbar-mimbar cahaya, yang menjadikan para nabi dan
syuhada menginginkannya” (AL-HADIS)
Al-katib:
Al-Faqir Ila Ridha Rabbihi Dzulkifli Amnan Al-Syarafani Al-Qudsy
Bekasi,
20/10/2013
Semoga Bermanfaat
[1] Muqoddimah
kh. Maimun zubair dalam kitab inayah almuftaqir karya syaikh muhammad mahfud
altarmasi cet. Alfikroh yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar