Minggu, 03 Maret 2013

KAROMAH WALI ALLAH


KAROMAH WALI ALLAH
Syaikh muhammad mahfud attarmasi di dalam kitabnya bughyatul adzkiya’ menjelaskan tentang karomah para wali dengan penjelasan yang enak dan mudah difahami, diperkuat dengan dalil-dalil dan pendapat para ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabiin serta para ulama yang muktabar ketsiqohannya. Berikut pendapat syaikh muhammad mahfud attarmasi mengenai karomah wali yang ia nukil dari pendapat syaikh tajudin assubki dan ibnu hajar alhaitami :
“kata wali mempunyai dua arti: pertama, wali (ikut wazan fail yang bermakna maful) adalah orang yang senantiasa didalam pengawasan allah swt. kedua, wali (bentuk mubalaghoh dari fail ) adalah orang yang senantiasa beribadah dan mentaati allah swt. kedua pengertian wali tersebut wajib ada pada diri wali, yaitu senantiasa melaksanakan hak-hal allah swt dan penjagaan allah diwaktu lapang dan susah.”
Ciri-ciri seorang wali ada tiga : ia menyibukkan diri untuk allah swt, ia berlindung kepada allah , dan keinginannya adalah untuk mentaati allah”[1]
Adapun pengertian karamah adalah terlihatnya suatu perkara dari seorang mukmin yang sholih yang terjadi di luar kebiasaan tanpa disertai pengakuan kenabian atau kerasulan. Adapun kalau hal tersebut terjadi pada orang yang tidak beriman dan beramal sholih yang demikian disebut istidroj, dan apabila hal tersebut terjadi dengan desertai pengakuan kenabian atau kerasulan maka disebut mukjizat. Mukjizat diberikan khusus kepada para nabi, adapun karamah diberikan kepada para waliallah. Pendapat ini sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh alqodli abu bakar albaqilani. [2]
Dalam menjelaskan karamah syaikh muhammad mahfud attarmasi menyebutkan dalil-dali yang menunjukkan adanya karamah dari alqur’an, hadis dan qoul sahabat (pendapat para sahabat).
Dalil alqur’an tentang karamah
1. kisah sayyidah maryam ketika ia mengandung bayi tanpa seorang suami, dan ketika ia mendapatkan kurma dari pohon yang kering, dan ketika ia mendapatkan rizki yang tidak disangka (diketahui penyebabnya).[3] Sebagaimana firman allah swt :
كلما دخل عليها زكريا المحراب وجد عندها رزقا قال يا مريم أنى لك هذا قالت هو من عند الله إن الله يرزق من يشاء بغير حساب
Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. Ali Imran: 37 )
Dia maryam bukanlah nabi sebagaimana keyakinan ahlussunnah, maka yang demikian tidak disebut sebagai mukjizat melainkan karamah. Begitu juga firman allah :
وهزي إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا
dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
2. kisah ibu musa yaitu ketika ia mendapat ilham dari allah sehingga hatinya merasa tenang ketika membuang bayinya (nabi musa) ke sungai. Imam alharamain (abu ma’ali aljuwaini berkata :tidak ada satupun ahli sejarah yang mengatakan bahwa ibu nabi musa adalah seorang nabi yang memiliki mukjizat.
3. kisah ashabul kahfi, sesungguhnya tidur mereka selama tiga ratus tahun lebih dalam keadaan hidup tanpa terkena penyakit dengan tubuh yang kuat seperti biasa tanpa makan dan minum adalah perkara diluar kebiasaan manusia, dan mereka bukan nabi, maka hal tersebut tidak disebut sebagai mukjizat, melainkan karamah.
ولبثوا في كهفهم ثلاث مائة سنين وازدادوا تسعا
25. dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (QS. Alkahfi : 25)
4. kisah asif bin barkhiya ketika membawakan singgasana bilqis kepada nabi sulaiman sebelum ia memejamkan matanya (sebagaimana pendapat mayoritas ulama tafsir). Sebagaimana firman allah swt :
قال الذي عنده علم من الكتاب أنا آتيك به قبل أن يرتد إليك طرفك فلما رآه مستقرا عنده قال هذا من فضل ربي ليبلوني أأشكر أم أكفر ومن شكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن ربي غني كريم
40. berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab (zabur dan taurat) : "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (qs. Annaml : 40)
Dalil assunnah tentang karamah
1.hadis tentang tiga orang yang masuk ke dalam gua, kemudian tertutup batu besar. Allah swt memberikan pertolongan dengan doa mereka yang ikhlas dan jujur.
2. bayi yang bisa berbicara kepada junaid
3. diriwayatkan imam muslim :
(رب أشعث أغبر مدفوع بالأبواب لو أقسم على الله لأبره)
Berkata ibnu hajar alhaitami sebagaimana yang dinukil oleh syaikh muhammad mahfud attarmasi : “seandainya tidak ada yang lain selain hadis ini, niscaya sudah cukup untuk pembahasan tentang karamah.”[4]
Karamah para sahabat
Karaomah abu abakar
Imam bukhori meriwayatkan : Saat itu Abu Bakar makan malam di sisi 
Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam hingga waktu isya,
 dan ia tetap di sana hingga shalat dilaksanakan.
 Ketika Abu Bakar pulang di waktu yang sudah malam isterinya (ibuku) berkata,
 "Apa yang menghalangimu untuk menjamu tamu-tamumu?" Abu Bakar balik bertanya,
 "Kenapa tidak engkau jamu mereka?" Isterinya menjawab, 
"Mereka enggan untuk makan hingga engkau kembali, padahal mereka sudah ditawari." 
'Abdurrahman berkata, "Kemudian aku pergi dan bersembunyi." 
Abu Bakar lantas berkata, "Wahai Ghuntsar (kalimat celaan)!" 
Abu Bakar terus saja marah dan mencela (aku).
 Kemudian ia berkata (kepada tamu-tamunya), "Makanlah kalian semua."
 Kemudian tamunya mengatakan, "Selamanya kami tidak akan makan. 
Demi Allah, tidaklah kami ambil satu suap kecuali makanan tersebut justru bertambah
 semakin banyak dari yang semula." 'Abdurrahman berkata,
 "Mereka kenyang semua, dan makanan tersebut menjadi tiga kali lebih banyak
 dari yang semula. Abu Bakar memandangi makanan tersebut tetap utuh
 bahkan lebih banyak lagi. Kemudian ia berkata kepada isterinya, 
"Wahai saudara perempuan Bani Firas, bagaimana ini?" Isterinya menjawab, 
"Tak masalah, bahkan itu suatu kebahagiaan, ia bertambah tiga kali lipatnya."
Karaomah umar ibn khottab
Umar ibn khottab memerintahkan sariah memimpin pasukan dan menyiapkan mereka ke persia. Pasukan islam ketika di persia dikepung musuh yang banyak di pintu masuk nahawand, hampir saja umat islam mengalami kekalahan. Umar saat itu berada di madinah, kemudian ia naik mimbar untuk berkhutbah kemudian berteriak kencang disaat khutbah : “wahai sariyah ke gunung, wahai sariyah ke gunung”. Allah swt memperdengarkan suara itu kepada sariah dan pasukannya, sehingga mereka berlindung ke gunung seraya berkata : “ ini adalah suara amirul mukminin” mereka pun selamat dan memperoleh kemenangan.
Diantara karamah umar ibn khottob adalah ketika sungai nil kering tidak mengalir airnya, amru ibn ash mengirim surat kepada umar ibn khottob yang berada di madinah memberitahukan tentang apa yang terjadi. Maka umar membalas surat tersebut :  “anda benar, agama islam menghancurkan yang dulu (jahiliyah). Bersama ini aku mengirim surat, lemparkanlah surat itu ke sungai nil” amru ibn ash membuka surat itu sebelum melemparnya, di dalamnya tertulis :
“dari amirul mukminin kepada sungai nil mesir, amma ba’du, jika kamu pernah mengalir , kemudian tidak mengalir. Sesungguhnya allah swt dzat yang maha esa dan maha perkasa. Dialah dzat yang mengalirkan kamu, kami memohon kepada allah swt agar mengalirkanmu.”
Kemudian amru melemparkan surat itu ke sungai nil, lalu mengalirlah sungai nil dengan izin allah swt.[5]
Karomah ustman ibn affan
Datang kepada ustman seorang laki-laki, sebelumnya ia melihat seorang wanita di jalan dan membangkannya, ustman berkata kepadanya: “seseorang masuk dan dimatanya ada bekas zina”, berkata orang tersebut: “apakah ada wahyu setelah rosulullah saw (meninggal)? Jawab ustman; “tidak ada, tetapi yang demikian itu firasat.”
Karomah ali ibn abi tholib
Ada seorang yang lumpuh karena telah memukul bapaknya, kemudian ia menyesali perbuatan tersebut, tetapi bapaknya sudah meninggal. Ketika ali mengetahui kisah yang sesungguhnya telah terjadi kepadanya, ia sholat beberapa rokaat dan berdoa kepada allah, kemudian berkata : “wahai mubarak, berdirilah”, seketika itu ia dapat berdiri dan berjalan seperti sebelumnya.[6]
Banyak kisah tentang karamah yang allah berikan kepada para sahabat, seperti terkabulnya doa abbas paman nabi disaat meminta hujan, karaomah saad ibn abi waqqosh yaitu doa-doa yang mustjab, karomah ala’ ibn khadromi yang diutus rosulullah saw untuk memimpin pasukan kemudian terhalang oleh lautan, kemudian ia berdoa kepada allah swt, mereka pun bisa berjalan diatas air. Karomah kholid ibn walid pernah ia meminum air yang diracun tetapi tidak terjadi apa-apa pada dirinya dan para sahabat rosulullah saw yang lain.[7]
Adapun karamah yang diberikan kepada para ulama setelah masa sahabat lebih banyak, karena itulah imam ahmad ibn hanbal berkata ketika ditanya hal tersebut : “mereka (para sahabat) keimanan mereka kuat, sehingga mereka tidak membutuhkan karamah yang dapat menambahkan keyakinan mereka, sedang keimanan manusia setelah mereka lemah, sehingga membuthkan hal untuk menambah keyakinan mereka yaitu dengan menampakkan karamah”[8]
Perbedaan Antara Karamah Dan Sihir
Syaikh muhammad mahfud attarmasi menukil dari penjelasan almuhaqqiq ibnu hajar al-asqolani : “perbedaan antar karamah dan sihir adalah kejadian yang tidak biasa (yang tidak disertai dengan pengakuan kenabian) apabila terjadi pada orang yang sholih yang senantiasa menunaikan hak-hak allah swt dan hak-hak makhluknya disebut karamah. Sedangkan kalau yang demikian terjadi pada orang yang tidak sholih maka disebut sihir atau istidroj.”[9]
Syaikh muhammad mahfud attarmasi menegaskan bahwa para ulama yang diberi karamah bukan berarti mereka lebih utama dari pada para ulama yang tidak diberi karamah. Karena keutamaan seseorang terletak pada kuatnya keyakinan dan kesempurnaannya mengenal allah swt. maka ornag yang keyakinannya lebih kuat dan pengetahunaanya kepada allah lebih lengkap maka ia lebih utama.[10] Sebagaimana firman allah swt :
إن أكرمكم عند الله أتقاكم
“Sesungguhnnya orang yang paling mulia disisi allah adalah orang yang paling bertaqwa” (qs. Attahrim : )

Demikianlah pendapat syaikh muhammad mahfud attarmasi tentang karomah. semoga bermanfaat untuk menambah keimanan atau keyakina kita tentang adanya karamah yang allah berikan kepada waliNya. 
diterjemahkan oleh : Dzul Kifli Hadi Imawan ibnu Muhammad Amnan Alqudsyi, Lc
kitab : bughyatul adzkiya li syaikh muhammad mahfud altarmasi aljawi almakki






[1] syaikh muhammad mahfud altarmasi, bughyah aladzkiya (yogyakarta:alfikroh). hal. 1-2
[2] Ibid. hal.3
[3] Ibid. hal. 21
[4] Ibid. hal. 35
[5] Ibid. hal. 13
[6] Ibid. hal. 16
[7] Ibid. hal. 17-19
[8] Ibid. hal. 20
[9] Ibid. hal. 40
[10] Ibid. hal. 46

ULAMA TANAH SUCI DARI TANAH JAWA



ULAMA TANAH SUCI DARI TANAH JAWA
Disusun oleh : Dzul Kifli Hadi Imawan Ibnu Muhammad Amnan Alqudsy, Lc

Banyak ulama kita (anak bangsa indonesia) yang pernah menjadi maha guru para ulama di timur tengah terutama di makkah almukarramah dan madinah almunawwarah. Tidak hanya menuntut ilmu semata, tetapi dengan kesungguhan mereka dalam belajar mereka menjadi sandaran para ulama dalam berbagai bidang keilmuan seperti tafsir, ilmu qiroah, fiqh, ushul fiqih, hadis, mushtolah hadis, tasawwuf siroh, nahwu, shorof, mantik, falak, balaghoh, arudl (sastra dan syair arab), hisab dan keilmuann lainnya. Diantara kelebihan mereka adalah keilmuan yang mereka dapatkan merupaakan ilmu yang bersanad atau tersambung sampai dengan rosulullah saw, sahabat dan tabiin. Sehingga ilmu mereka adalah ilmu yang teruji kebenaarannya.
Setelah ilmu mereka dinilai mumpuni dan diberikan ijazah untuk mengajar, banyak dari mereka yang mengajarkan ilmunya di masjidil haram saat itu (semasa makkah masih berada di bawah kekhilafahan turki utsmani, bukan kerajaan saudi) seperti syaik muhammad mahfud altarmasi (pacitan), syaikh nawawi albantani (banten), syaikh khotib minangkabau dan lainnya, bahkan mereka menghabiskan hidupnya dan meninggal di makkah. tetapi banyak pula dari mereka setelah mengajar di masjidil haram kembali lagi ke indonesia untuk menyebarkan ilmu dan berdakwah seperti syaikh muhammad hasyim asy’ari, syaikh baidlawi lasem, syaikh ali ibn abdul hamid kudus dan ulama lainnya.
Begitu juga termasuk kelebihan mereka adalah mereka adalah ulama yang produktif dalam menghasilkan karya tulis (kitab) dari berbagia disiplin ilmu. Banyak karya mereka yang sudah dicetak baik oleh percetakan lokal (indonesia) maupun luar negeri khusunya timur tengah. Tetapi banyak juga karya mereka yang masih berupa manuskrip dan belum tercetak.
Berikut ini biografi singkat para ulama tanah suci dari tanah jawa:
1. SYAIKH MUHAMMAD MAHFUD IBN ABDULLAH ATTARMASI
Di dalam kitab imta’u al-fudhola’ bi tarajim al-qura’ fima ba’da alqar’n al-tsamin al-hijri yang ditulis oleh ilyas ibn ahmad albarmawi (dosen alqur’an alkarim dan ilmu tajwid di masjid nabawi assyarif) : [1]
هو العلامة المحدث السند الفقيه الأصولى الشيخ محمد محفوظ بن عبد الله بن الحاج عبد المنان الترمسي الجاوي ثم المكي ثم الشافعي.
Dia adalah ahli hadis yang mempunyai sanad, ahli fiqih dan ushul madzhab syafi’i syaikh muhammad mahfud ibn abdullah ibn abdul mannan asal tarmas jawa timur, kemudian tinggal di makkah. Lahir di desa termes, tanggal 12 jumadil ula-1285 H  di termes.
Riwayat pendidikannya
Ia belajar dasar-dasarr fiqih kepada para ulama jawa. Kemudian pindah ke tanah suci bersama ayahnya di makkah. Disana ia melanjutkan untuk mencari ilmu, ia belajar hadis, fiqih, mushtholah, qiroat 14. Dalam belajar ia rajin dan bersungguh-sungguh sehingga ia cermelang dalam bidang  hadis dan ilmunya (mustholah), terkenal dalam ilmu fiqih, ushul , qiroat dan ilmu-ilmu yang lain. Sehingga hal ini membuat guru-gurunya memberikan  ijazah kepadanya untuk mengajar. Kemudian ia mulai menggajar dimasjidil haram dan di rumahnya, banyak murid yang menimba ilmu darinya dan menjadi ulama lewat tangannya.
Guru-gurunya :
1.      Sayyid abu bakar ibn muhammad bin syatho, ia belajar darinya hadis dan ilmu riwayat
2.      Sayyid hasan ibn muhammad alhabsyi almakki, ia belajar kepadanya mushtholah hadis
3.      Al’alamah syaikh muhammad said baabshil
4.      Syaikh muhammad syarbini, ia belajar darinya ilmu qiroat 14
Murid- muridnya ;
1.      Rodin dahlan semarang
2.      Muhammad dimyathi attarmasi
3.      Kholil lasem
4.      Diltar muqlani
5.      Muhammad hasyim asy’ari jombang
6.      Muhammad faqih ibn abdul jabbar maskumambang
7.      Abdul muhaimin ibn abdul aziz lasem
8.      Nawawi pasuruan
9.      Abbas buntet cirebon
10.  Abdul mukhith ibn ya’qub suria
11.  Habibullah syanqithi
12.  Umar ibn hamdan mahrasi
13.  Ahmad almukhollalati syam
14.  Muhammad baqir ibn nur jogja
15.  Ma’shum ibn ahmad lasem
16.  Abdul wahhab hasbullah jombang
17.  Almuammar umar ibn abi bakar bajunaid almakki
18.  Ali ibn abdullah banjar almakki
19.  Muhammad abdul baqi alayyubi loknawe almadani
20.  Abdul qodir ibn shobir almandahili almakki
Di dalam a’lamul makkiyin yang ditulis oleh abdullah alma’allami ia menyebutkan boografi syaikh muhammad mahfud attarmasi sebagai berikut ;
“muhammad mahfud ibn abdillah ibn abdul manan termes jawa, almakki al-syafi’i. lahir di desa termes jawa timur. Belajar dasar-dasar fiqih dari ulama desa termes. Dan ia sudah menghafal alqur’an sejak kecil. Datang ke makkah tahun 12291 H dan tinggal disana bersama ayahnya. ….”[2]
2. ARSYAD BANTEN 1255-1353 H
Arsyad ibn as’ad ibn mushthofa ibn as’ad yang dikenal dengan julukan al-thowil albantani aljawi almakki (jawa-makkah). Ia adalah seorang ahli fiqih, ushul fiqih. Lahir di desa manis daerah banten. Ia diajak bapaknya pergi ke makkah tahun 1263 H. ayahnya sangat memperhatikan pendidikannya sehingga iamampu menghafal alqur’an alkarim dan berbagai matan ilmu fiqih dan nahwu. Ia menghadiri pelajaran-pelajaran sayyid ahmaad zaini dahlan di masjidil haram dalam bidang fiqih, nahwu, siroh, begitu juga ia menghadirri pelajaran syaikh nawawi albantani, syaikh abu bakar syatho, syaikh umar syatho, dan syaikh ustman syatho. Ia belajar hadist kepada sayyid muhammad husain alhabsyi almakki, dan sayyid husain ibn muhammad hasbullah almakki. Ia kemudian pindah ke madinah almunawwarah, dan belajar kepada syaikh abdul ghoni almujadidi, dan sayyid ali ibn dhohir alwatari, dan ahli hadis falih ibn muhammad aldhohiri, serta syaikh abdul jalil baradah sampai ia mendapat ijazah. Setelah itu ia mulai mengajar di masjidil haram, ia mengajar fiqih dan nahwu. Banyak murid yang belajar kepadanya, dan Kebanyakan muridnya berasal dari jawa. Pada tahun 1311 H ia pergi ke jawa untuk mengunjungi keluarganya dan menyebarkan ilmu disana. Ia berazam untuk kembali ke makkah almukarramah tetapi tidak bisa (karena sakit). Ia meninggal di menado (mitado). [3]
3. ALBANTANI 1285-1348 H
Muhammad arif ibn muhammad wasi’ aljawi almakki alsyafi’I (jawa-makkah). Seorang alim fadhil, ia lahir dan tumbuh di banten jawa barat. Ia pergi ke makkah untuk mencari ilmu. Disana ia belajar kepada syaikh muhammad sholih bafadhl dan syaikh muhammad hasbullah dan ulama-ulama lain. Kemudian ia mengajar di masjidil haram sedang rumahnya di qosyasyiyah. Ia meninggal di makkah almukarramah. [4]
4. ALBANJARI 1285-1370 H
Ali ibn abdullah ibn mahmud ibn muhammad arsyad ibn abdullah albanjari alindonesiy almakki alsyafi’I (banjar, indonesia-makkah). Seorang alim yang zuhud dan ahli fiqih. Lahir di makkah almukarramah dan tumbuh disana. Ia belajar alqur’an dan matan-matan ilmu nahwu, shorof, fiqih dan lainlain. Ia belajar kepada sayyid abu bakar ibn muhammad syatho ilmu nahwu, shorof, fiqih, tafsir. Dan belajar kepada syaikh sa’id yamani ilmu fiqih, hadist. Dari mereka ia menguasai dan lulus dalam ilmu nahwu, shorof dan fiqih. Ia juga belajar ilmu falak kepada syaikh muhammad ibn yusuf alkhoyyath dan menghadiri pelajaran sayyid husain ibn muhammad alhabsyi dalam ilmmu hadis, begitu juga sayyid alawi ibn ahmad alsaqqof, dan mufti makkah syaikh abid ibn husain ibn ibrahim almaliki. Ia juga belajar kepada syaikh muhammad mahfud attarmasi dalam bidang fiqih, nahwu dan mengambil darinya ijazah. Setelah mendaptkan ijazah dari guru-gurunya ia mengajar di masjidil haram dalam bidang ilmu nahwu, shorof, fiqih madhab syafi’i. rumahnya yang berada di syamiyah dijadikan sebagai tempat belajar untuk murid-muridnya. Ia meninggal di makkah almukarramah. Diantara karyanaya: alkaukab albarri fi tsabat albanjari. [5]
5. TEMBUSI 1280-1359 H
Abu bakar ibn syihab ibn abdurrahman ibn abdillah tembusi aljawi alsyafi’I (jawa). Seorang ulama besar yang mempunyai sifat wara’ dan zuhud. Datang ke makkah tahun 1300 H, dan belajar ilmu dari para ulama makkah seperti syaikh hasbullah, syaikh umar albarakati alsyami, syaikh muhammad sa’id baabshil, syaikh umar bajunaid, syaikh habibullah alsyinqithi, syaikh khidr syinqithi dan ulama lainnya. Ia mengajar di masjidil haram dan di rumahnya yang terletak di syamiyah sampai ia meninggal di makkah almukarramah.[6]
6. TEMBUSI ….-1369  H
Utsman ibn abdillah tembusi. Salah seorang murid syaikh muhammad ibn sulaiman hasbullah di makkah almukarramah. Ia bermulazamah dan mengambil ilmu darinya. Meninggal di makkah almukarramah sedang umurnya melewati seratus tahun.[7]
7.  ALBUGHURI 1302-1372 H
Muhammad ahid ibn muhammad idris ibn abi bakar ibn tubagus mushthofa albakri albughuri almakki (bogor-makkah). Lahir di negaranya (bogor, jawa barat indonesia) tumbuh dan belajar dasar-dasar ilmu agama kepada ulama setempat. Kemudian ia melanjutkan sekolah negeri hingga jenjang tsanawiyah. Kemudian ia pergi ke makkah almukarramah. Disana ia belajar kepada syaikh mukhtar ibn ‘thorid albughuri yang dikenal dengan albatawi almakki (betawi-makkah). Darinya ia belajar banyak ilmu fiqih, ushul, hadits, nahwu, falak, dan mendapatkan ijazah untuk meriwayatkan ilmu darinya. Ia juga belajar dari syaikh ahmad sasnusi dan mendapatkan ijazah. Juga belajar dari sayyid ahmad muhammad ibn ahmad ridlwan almadani dan anaknya syaikh abbas ibn muhammad ibn ahmad ridlwan dan ulama lainnnya. Setelah mendapat ijazah, ia mengajar dimasjidil haram. Tempat halaqoh mengajarnya dimasjidil haram di pintu nabi, banyak murid yang datang kepadanya untuk menimba ilmu. Disamping itu ia juga menggunakan rumahnya yang terletak di jabal qobis untuk mengajar, dan berlanjut sampai ia meninggal. Diantara muridnya adalah abdul qodir mandili, sayyid muhammad ibn ali almusawi, syaikh ibrahim mandili, dan lain laiin. Meninggal di makkah almukarraamah.
Karyanya antara lain : hasyiyah ala umdah alabrar fi manasik alhaj wa ali’timmar, ta’liqot ala jami’ altirmidzi, ta’liqot ala nudhum alqowaid alfiqhiyah, tsabat. [8]
8. ALJOGJAWI 1306-1363 H
Baqir ibn muhammad nur ibn fadli ibn ibrahim ibn ahmad aljogjawi alsyafi’I alindonisiy almakki (jogja, indonesia-makkah). Lahir di kota jogja jawa tengah, kemudian pergi ke makkah almukarramah dan menetap disana. Dimakkah ia mencari ilmu dan belajar kepada syaikh muhammad mahfud ibn abdullah altarmasi, syaikh ahmad ibn abdul lathif minangkabau, sayyid husain ibn muhammad alhabsyi, sayyid muhammad salim alsari, dan meriwayatkan ijazah dari qhodli yusuf nabhani, sayyid abdul hayyi alkattani, syaikh abi syu’aib alshiddiq, sayyid muhammad amin ridlwan almadani dan ulama lainnya. Setelah mendapat ijazah dari guru-gurunya, ia mengajar  mengajar di masjidil haram dan dirumahnya. Banyak murid yang datang kepadanya untuk belajar ilmu nahwu, shorof, fiqih syafi’I, ushul fiqih (ia termasuk orang yang pandai dalam bidang ilmu tersebut). Ia juga memdalami ilmu hadis. Meninggal di makkah almukarramah. Diantara karyanya adalah taklif kabir fi tarajim ulama indonesia, tsabat (sanad yang ia dapat dari gurunya ) alnasyir bi asanid baqir.[9]
9. ALJOMBANI 1228-1366 H
Lahir di desa jombang jawa timur. Dai, mujahid dan syaikh ulama indonesia. Ia telah menghafal alqur’an alkarim dan belajar fiqih, nahwu, shorof, dari syaikh kholil ibn abdul lathif bangkalan, kemudian pergi ke makkah almukarramah dan tinggal disana selama enam tahun untuk mencari ilmu dan beribadah. Disana ia belajar kepada syaikh muhammad mahfud ibn abdullah altarmasi dan bermulazamah pelajaran-pelajarannya, begitu juga ia belajar dan bermulazamah kepada sayyid alawi ibn ahmad alsaqqof, sayyid husain ibn muhammad alhabsyi, kepada mereka ia belajar di masjidil haram dan dirumah mereka. Begitu juga ia belajar kepada sayyid ahmad ibn hasan al’athos, sayyid abu bakar ‘atho, syaikh sholih bafadl, syaikh rahmatullah ibn kholil alhindi, syaikh muhammad abid ibn husain almaliki dan ulama-ulama lainnya. Kemudian ia kembali ke negaranya (indonesia) tahun 1314 H. kemudian ia mengajar di ma’had ilmiyang telah didirikan oleh orangtuanya, kemudian ia melanjutkan dan memperluas bangunan serta mendirikan pondok bagi santri-santirnya. Banyak murid yang datang kepadanya untuk belajar dari berbagai penjuru nusantara , kemudian mereka membangun pondok-pondok dan pesantren-pesantren islam di daerah yang mereka tempati. Ia juga mendirikan organisasi yang bernama nahdlatul ulama (NU), dan menjadi ketuanya. Darinya banyak murid yang lulus belajar dan mengambil ilmu. Ia meninggal di jawa timur. [10]
10. ALKHOLIDI …..-1313 H
Nur ibn isma’il alkholidi aljawi alminangkabi almakki. Lahir dan tumbuh di makkah. Ia bersungguh-sungguh dalam bertholabul ilmi. Ia belajar kepada sayyid salim al’atthos ilmu fiqih, nahwu, shorof, dan ilmu lainnya, begitu juga kepada syaikh muhammad said baabshil ilmu tafsir, hadis, fiqih, dan yang lain. Ia bermulazamah kepada sayyid bakri syatho dan banayk mengambil darinya ilmu tauhid, fiqih, ushul, tasawwuf, manthiq, tafsir, hadis, balaghoh (ma’ani dan bayan). Setelah mendapat ijazah Ia mengajar di masjidil haram, banyak murid yang menimba ilmu darinya. Ia adalah seorang ulama yang sholih dan tawadlu’. Meninggal di makkah almukarramahh dalam usia lebih dari lima puluh tahun.[11]
11. ALKHOOTIB 1276-1334 H
Ahmad ibn abdul lathif ibn abdullah ibn abdul aziz alkhotib alfadani aljawi almakki. Alim fadhil. Lahir di negaranya kuta tua, dan datang ke makkah pada usia sebelas tahun bersama ayahnya pada tahun 1287 H. kemudian pada tahun 1292 H ia kembali ke jawa untuk mengunjungi ibunya dan kembali lagi ke makkah almukarramah tahun 1294 H. disana ia menimmba ilmu dan menghafal alqur’an kemudian mempelajari bahasa inggris dan mampu menguasaiinya dengan baik. Ia belajar kepada sayyid umar syatho, sayyid utsman syatho sayyid bakri syatho. Ia bersungguh-sungguh dalam belajar dan mengulang-ngullang pelajaranya siang dan malam. Ia cerdas dalam ilmu matematika, hisab, arsitek, ilmu sosial, ilmu faroidl, dan pembagiannya dan ilmu miqot. Ia ditunjuk untuk menjadi pengajar di masjidil haram, sekaligus imam dan khotib. Tempat halaqohnya berada di bab ziyadah. Ratusan murid dari indonesia datang kepadanya untuk menimba ilmunya, kemudian mereka kembali ke indonesia setelah berjanji kepadanya untuk melaksanakan tugas dakwah dan menyebarkan ilmu serta aqidah salaf alsholih di negara tersebut. Sebagai hasilnya murid-muridnya melaksanakan tugas dakwah dan melawan bid’ah dan khurafat, seperti Dr. abdul karim amrullah pemimpin gerakan perbaikan di sumatra tengah, haji ahmad dahlan pendiri organisasi muhammadiyah di jawa tengah. Ia meninggal di makkah almukarramah dan dimakamkan di syu’bah alnur.
Karya-karyanya: al-nafahat hasyiyah alwaraqat, aljawahir alnaqiyah fi ala’mal alhisabiyah, aldai almasmu’ fi rod ala man yurits alikhwah wa aulad alakhowan ma’a wujud alashl wa alfuru’, roudlotu alhisab fi ilmi alhisab, muallimu alhisab fi ilmi alhisab, alriyadl alwardiyah fi alfiqh alsyafi’I, almanhaj almasyru’ fi almawarits, dlou alsiroj fi kaifiyah almi’roj, shulhu jumuatain fi jawazi ta’addudi aljumuatain, mu’in aljaiz fi tahqiqi ma’na aljaiz, aljawahir alfaridah fi alajwibah almufidah, alsuyuf alkhonajir ala riqob man yad’u li alkafir, alqoul almufid syarh mathla’u alsaid fi ilmi alzaij, alnatijah almardliyah fi tahqiq alsanah alsyamsyiyah wa alqomariyah, fath almubin liman salaka thoriq alwashilain, aldurrah albahiyah fi kaifiyah zakat aldzurrah alhabsyiyah,, fath aljundi fi basmalah altafsir, irsyad alhayari fi izalah syubh fi sab’I masail, hasyiyah fath aljawwad, fatawa alkhotib, tanbih alanam fi alrod ala risalah kaff al’awwam ‘an alkhoudl fi syirkah alislam, husn aldifa’ fi alnahyi an alibtida’, alshorim almughri li wasawis kulli kadzibin wa muftari, misk alroghibina fi thoriqoti sayyidil mursalin.[12]
12. ALBATAWI 1292 – 1353 H
Ahmad ibn ahmad ibn sa’ad ibn abdurrahman almarzuqi albatawi. Lahir di pulau jawa, setelah kematian ayahnya sedang ia berusia sembilan tahun, ibunya sangat memperhatikan pendidikannya, ia belajar membaca alqur’an dan dasar-dasar ilmu agama kepada salah seorang ahli fiqih haji anwar. Kemudian ia belajar kepada syaikh utsman ibn muhammad bahasan. Ia bersungguh-sunguh dan banyak mengambil ilmu darinya. Pada tahun 1325 H, gurunya tersebut mengirimnya ke makkah almukarramah untuk melaksanakan ibadah haji dan menetap disana untuk mencari ilmu. Disana ia belajar kepada para ulama masjidil haram berbagai macam ilmu sseperti ilmu nahwu, shorof, ma’ani, bayan, badi’, fiqih, ushul, hadis, mushtholah, tafsir, manthiq, wadl’, falak dan faraidl. Ia belajar ilmu tersebut dari syaikh utsman alsawaqi, syaikh muhammad ali ibn husain almaliki, sayyid muhammad amin ibn ahmad ridlwan almadani, syaikh hasbullah almishri almakki, syaikh abdul karim dagestan, syaikh abdullah ibn muhammad mahfud attarmasi, dan ulama masjidil haram ainnya. Begitu juga ia belajar kepada sayyid umar syatho dan mendapat ijazah untuk meriwayatkan darinya. Kemiudian ia kembali ke negaranya untuk mengajar dan menyebarkan ilmu, berdakwah di jalan allah. Banyak murid yang belajar kepadanya, ia senantiasa mengajar sampai ia meninggal.[13]
13. ALBATAWI 1278-1349 H
Abu al’is’ad Muhammad mukhtar ibn ‘athorid albughuri aljawi / albatawi almakki alsyafi’i. termasuk ulama jawa yang tinggal di makkah. Lahir dan tumbuh di bogor jawa barat. Sejak kecil ia sudah menghafal alqur’an dan berbagai matan ilmu di bidang fiqih, nahwu, dan lainnya. Ia pergi ke betawi dan belajar kepada syaikh abdullah ibn aqil ibn yahya mufti betawi. Kepadanya ia mentasmi’ hafalan matannya dan menambah hafalan matannya seperti almilhah, alfiyah ibnu malik, alqothr, matan ilmu fiqh syafi’I dan belajar syarah-syarahnya. Dan mendapatkan ijazah untuk semua riwayatnya. Kemudian ia pergi ke hijaz untuk melaksanakan ibadah haji dan menetap disana. Di makkah ia sibuk belajar ilmu fiqih kepada sayyid abu bakar ibn muhammad syatho, kepada syaikh muhammad said baabshil ia belajar hadis, begitu juga kepada sayyid husaim ibn mmuhammad alhabsyi ia belajar hadis, kepada syaikh muhammad ibn sulaiman hasbullah almakki ia belajar tafsir, hadis, dan fiqih. Ia juga belajar kepada ulamayang datang ke makkah seperti sayyid muhammad abdul kabir alkattani, sayyid muhammad ibn ja’far alkattani, syaikh mushthofa al’afifi, sayyid abdul karim alnaji aldarbandi dan ulama lainnya. Setelah mendapat ijazah, ia mengajar di masjidil haram. Darinya banyak murid yang menimba ilmu, bahkan rumahnya pun menjadi tempat untuk belajar baik di waktu pagi maupun sore. Diantara muridnya adalah syaikh sulaiman samdani muhsin ibn ali ali musawi, abdurrahman ibn yusuf almudarisi, abdu alsattar aldahlawi, sayyid alawi ibn abbas almaliki, muhammad ahmad ibn idris albughuri, dan lainnya. Setelah kematiananya dalam mengajar ia digantikan oleh syaikh muhammad ahmad albughuri. Ia meninggal di makkah almukarramah. Diantara karyanya ithaf alsadah almuhadditsin bi musasalat al’arbain, taqrib almaqsid fi al’amal bi alrub’I almujib. [14]
14. ALJAWI 1285-1324 H
Abdul haq aljawi almakki (jawa-makkah). Lahir dan tumbuh dimakkah. Sejak kecil ia telah mengahafal alqur’an dan berbagai matan ilmu fiqih, nahwu, faraidl, dan lainya. Ia belajar kepada kakeknya syaikh umar nawawi aljawi (albantani) dengan mentasmi’ hafalan matan dan syarahnya dalam berbagia ilmu dan mendapatkan ijazah darinya. Ia menyibukkkan dirinya untuk ilmu dengan belajar kepada para ulama saat itu. Sehinngga banyak murid yang menimba ilmu dan mengambil manfaat darinya. Ia meninggal di makkah. ia menulis syarh ala syarh alghozzi fi alshorf. [15]
15. ALJAWI …-1270 H
Abdul ghoni bima aljawi. Ia lahir di negaranya (bima indonesia). Datang ke makkah dan belajar kepada para ulama masjidil haram seperti sayyid muhammad marzuqi, dan saudaranya sayyid ahmad marzuqi mufti syafi’iyah, syaikh muhammad said alqidsy, syaikh utsman dimzathi dan mendapat ijazah dari mereka. Setelaah itu ia mengajar di masjidil haram, dan banyak murid yang belajar kepadnya terutama mereka yang berasal dari jawa. Ia senantiasa menyibukkan dirinya untuk beribadah dan mengajar sampai meninggal di makkah almukarramah. [16]
16. ALJAWI 1290- ….
Muhammad ibn muhammad ibn wasi’ alsyafi’I aljawi almakki. Lahir dan tumbuh di makkah. sejak kecil ia telah menghafal alqur’an dan berbagia matan ilmu seperti ilmu tauhid, faraidl, nahwu, dan ilmu lainnya. Ia belajar kepada ulama-ulama makkah saat itu. Kepada syaikh sholih ba fadhl ia belajar ilmu fiqih, ushul, hadis, tauhid, manthiq, ma’ani, bayan, arudl, faraidl, dan kitab lainya. Kepada ysiakh abdul ghoni ia belajar ilmu falak, fiqih, dan ilmu lainnya. Kepada sayyid muhammad hamid alniqoyah ia belajar ilmu fiqih, dan kepada ibnu aqil ia belajar nahwu, begitu juga tafsir. Sehingga ia menguasai banyak ilmu. Ia mengajar di masjidil haram dan rumahnya. Ia meninggal di makkah almukarramah. [17]
17. ALJAWI …..- 1332 H
Marzuqi aljawi alsyafi’i. ia menetap di makkah selama lima puluh tahun. Ia belajar kepada sayyid umar alsyami, syaikh hasbullah dan mendapat ijazah darinya. Kemudian ia mengajar di masjidil haram. Ia memiliki banyak murid terutama dari jawa. Ia adalah seorang alim fadhil dan taqi (bertaqwa). Ia menginggal di makkah almukarramah.[18]
18. RUWAH SHOLIH ….-1270 H
Sholih ruwah alsyafi’I, ulama jawa di makkah. mengajar di masjidil haram, lahir di negaranya, kemudian datang ke makkah almukarramah dan menetap disana beberapa tahun dan belajar kepada para ulama makkah seperti sayyid ahmad marzuqi, syaikh utsman dimyathi dan mendapat ijazah untuk mengajar, kemudian ia mengajar dimasjidil haram. Banyak ulama jawa yang mengambil ilmu darinya. Ia meninggal di makkah almukarramah. [19]
19. SIIBAWIH ABAD 14 H
Muhammad ibn umar sinbawih aljawi almakki. Lahir dan tumbuh di makkah almukarramah. Ia belajar kepada ayahnya dan ulama masjidil haram sampai mendapat ijazah. Setelah itu ia mengajar di masjidil haram dan dirumahnya yang terletak di qosyasyiyah.[20]
20. FATHONI …-1270
Ahmad ibn ismail aljawi alfathoni alsyafi’I almakki. Lahir di negaranya (indonesia), ia datang bersama bapaknya saat berusia enam tahun. Di makkah ia menghafal alqur’an alkarim dan berbagai matan ilmu dan ia setorkan kepada gurunya (masyayih). Ia belajar kepada sasyyid umar syami albuqo’I ilmu tafsir, hadis, fiqih, ilmu bahasa arab, ushul hadis, ushul fiqih, ma’ani , bayan, arudl, dan lainya. Ia mendapat ijazah untuk mengajar dari guru-gurunya kemudian ia mengajar di masjidil haram. Dia adalah alim fadhil dan penyair. Kemudian ia pergi ke mesir, dan belajar kepada para ulama mesir saat itu. Ia menetap disana selama tujuh tahun, dan menjadi pentashhih di salah satu penerbit di mesir. Kemudian ia kembali ke makkah almukarramah dan banyak mentashih kitab kitab yang berbahasa jawa.[21]
21. alfalambani 1279 – 1357 H
Abdullah ibn azhari ibn ‘asyiq aldin muhammad ibn shofiyudin alalawi alhusaini alfalambani (palembang). Lahir dan tumbuh di palembang. Ia belajar membaca alqur’an kepada ayahnya dan kyai hasyim ibn kimas palembang. Datang ke makkah saat berumur dua belas tahun bersama ayahnya yang sering bolak – balik ke makkah tiap tahun. Disana ia belajar kepada ayahnya berbagai bidang ilmu sampai mendapat sanad darinya dan juga dari musnidah (ahli sanad wanita) fathimah binti abdushomad palembang. Setelah lima tahun dimakkah ayahnya meninggal, yang menyebabkan ia terputus dari belajar karena kefakiran. Hal ini membuatnya harus bekerja kepada salah seorang haji yaitu menjadi sekretaris atau penerjemah, ia juga menyibukkan dirinya mempelajari kitab-kitab adab (sastra arab) di sela waktunya. Dan allah swt berkehendak memperkenalkannya kepada sayyid umar ibn muhammad syatho almakki alsyafi’I yang meninggal tahun 1331 H, ia kagum akan kecerdasannya dan cepatnya dalam menghafal sehingga ia menjadikannya sebagai murid. Ia juga membimbingnya dalam belajar, dan ia juga bermulazamah kepada sayyid ahmad zaini dahlan, sayyid abu bakar ibn muhammad syatho belajar ilmu nahwu, shorof, ma’ani, bayan, semua ilmu arab seperti fiqih, hadis, ushul dan lulus darinya. Ia juga belajar kepada sayyid umar ibn barakat alsyafi’I ilmu fiqih syafi’I, dan belajar qiroah sab’ah kepada almuqri muhammad alminsyawi alhijazi, dan juga belajar kepada sayyid husain ibn muhammad alhabsyi al’alawi kutubussittah (hadis 6 imam : bukhori, muslim, abu dawud, nasai, tarmidzi dan ibnu majah). Ia memperdalami ilmu riwayat dari para ulama haramain syarifain dan dari ulama pendatang. Dan jumlah gurunya lebih dari seratus ulama yang ia sebutkan di dalam biografinya. Setelah mendapat ijazah dari gurunya ia mulai mengajar , banyak murid yang datang untuk menimba ilmu dan manfaat darinya. Kemudian setelah beberapa tahun ia embali ke negaranya palembang, kemudian belajar kepada para ulama disana seperti sayyid abdulllah ibn idrus ibn muhammad al’alawi, sayyid muhammad ibn abdurrahman al’alawi. Setelah itu ia mengajar di palembang. Ia mengajar ilmu nahwu, shorof, fiqh, ushul, balaghoh, hadis, tafsir. Banyak santri yang meriwayatkan darinya berbagai macam kitab dan menghatamkan kutubus sittah berkali kali. Ia mmeninggal di palembang.[22]
22. ALFALAMBANI 1319 - …
Muhammad ibn abdul ghoni ibn abdurrahman alfalambani aljawi. Alim fadhil, mengajar di masjidil haram. Lahir dan tumbuh di negaranya. Dan belajar alqur’an kepada ayahnya. Kemudian ayahnya membawanya beserta seluruh keluarganya ke makkah almukarramah tahun 1330 H. disana ia belajar kepada para ulama jawa dan hijaz, seperti syaikh mukhtar ibn athorid, syaikh abdul qodir ibn shobir, syaikh umar sumbawa, syaikh umar bali, syaikh ahmad ibn idris, syaikh muhammad ali ibn husain almaliki, sayyid abbas ibn abdul aziz almaliki, syaikh isa ruwas, syaikh umar hamdan almuharrisi, syaikh habibullah alsyinqithi, syaikh abdul sattar aldahlawi, dan ia mendapat ijazah dari syaikh abdul hayyi alkattani. Pada tahun 1354 H ia pergi ke baghdad, mesir, alquds (palestina), dan syam. Dan mengambil ijazah dari para ulama disana seperti sayyid ibrahim alrawi albaghdadi, syaikh yusuf aldajawi, syaikh buhit almuthi’i. [23]
23. ALFALAMBANI 1288-1360 H
Wahyudin ibn abdul ghoni ibn sa’adullah alfalambani alsyafi’i. lahir dan tumbuh di palembang. Ia mencari ilmu dan menghafal berbagai matan ilmu seperti nahwu, shorof, fiqh, faraidl, hadis di negaranya. Kemudian datang ke makkah dan belajar kepada para ulama makkah seperti sayyid abu bakar ibn muhammad syatho, darinya ia belajar ilmu fiqh syafi’I, dan mendapaat ijazah. Kemudian ia menggunakan metodenya untuk mengajar dan mentaqrir . begitu juga ia belajar kepada sasyyid umar ibn ismaill albarzanji kutubus sittah. Ia menetap di makkah selama sepuluh tahun kemudian kembali ke negaranya. Banyak murid yang berdatangan untuk belajar ilmu fiqih, nahwu dan faraidl. Ia termasuk satu-satunya ulama yang ahli dalam bidang fiqih, ushul, hadis dan mushtholah, faraidl pada masanya. Ia juga mendaalami berbagai ilmu tentang bahasa arab, sejarah (tarikh), akhbar. Ia meninggal di indonesia.[24]
23. KUDUS 1280 – 1334 H
Abdul hamid ibn ali ibn abdul qodir ibn abdullah kudus almakki alsyafi’i. lahir dan tumbuh dimakkah. Sejak kecil ia sudah menghafal alqur’an alkarim, berbagai matan ilmu seperti nahwu, faraidl, aqidah, mantiq, fiqh,, dan lainnya. Ia belajar dari para ulama pada masanya seperti sayyid ahmad dahlan, sayyid utsman syatho, sayyid bakri syatho dan belajar kepadanya berbagai ilmu. Ia juga belajar kepada sayyid husain alhabsyi ilmu ushul alfiqh, hadis, tafsir dan lainya sehingga ia mendapatkan ijazah darinya untuk seluruh riwayatnya. Kemudian ia mengajar di masjidil haram dan di rumahnya. Ia berulang kali pergi ke mesir dan mengambil ilmu dari ulama universitas alazhar. Seperti syaikh muhammad sulaiman hasbullah, syaikh umar bajunaid, syaikh abdurrahman dahhan, syaikh said yamani. Ia adalah ulama yang produktif dalam menulis kitab. Ia telah menulis berbagai kitab yang sudah tersebar dikalangan para pencari ilmu di hijaz dan timur tengah. Pemerintahan turki utsmani pernah mengundangnya beserta tim ulama makkah dan madinah untuk menghadiri pembukaan ‘khot hadidi” yang berperan dalam menyatukan umat islam. Kemudian ia pergi ke libanon tahun 1224 H, dan memberitahukan kepada teman-temanya  tentang negaranya dengan sastra yang indah.
Ia memiliki berbagai karya seperti : nafahat alqobul wa alibtihaj fi qisshoh alisra’ wa almi’raj, risalah fi basmalah min nahiyah albalaghoh, mandhumah fi aladab wa alakhlaq alislamiyah, fath aljalil alkafi, fi al’arudl wa alqowafi, kanzu alnajah wa alsurur fi alad’iyah alma’tsurah allati tasyrah alshudur, lathoif alisyarat ala tashil althuruqot li nudhum alwaraqot fi ushul alfiqh, irsyad almubtadi fi syarh kifayah almubtadi, alanwar alsaniyah fi syarh aldurar albahiyah, daf’u alsyiddah fi tsythir alburdah, aldzakhoir alqudsyiyah, tholi’u alsa’di alrofi’ syarh li ba’dli almadaih alnabawiyah. [25]
24. KUDUS 1310 – 1363 H
Ali ibn abdul hamid ibn muhammad ali kudus alsamarani alsyafi’I almakki. Lahir dan tumbuh dimakkah almukarramah. Kepada ayahnya ia belajar ilmu tauhid, tafsir, hadis, fiqih, ushul. Ia juga belajar kepada syaikh muhammad mahfud altarmasi dan syaikh mukhtar albughuri albatawi. Ia mendapat ijazah dari ulama ayahnya seperti syaikh abdurrahman dahhan, sayyidn husain alhasyi, sayyid abu bakar dan umar ibn muhammad ibn syatho, sayyid husain ibn muhammad ibn sholih jamal allail al’alawi, syaikh mukhtar ibn athorid albughuri dan ulama lainnya. Ia mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam menulis seperti ayahnya. Ia menulis kitab yang membantah syiah rofidlih dan menulis berbagai makalah keilmuan. Pada tahun 1343 ia keluar dari makkah karena diusir menuju indonesia bersama keluarganya dan tinggal di sekitar jawa timur. Kemudian ia meresmikan madrasah yang ia jadikan tempat untuk mengajar ilmu syar’I kepada anak bangsa indonesia. Setelah beberapa tahun ia pergi ke pulau sulawesi dan berpindah-pindah ke berbagai wilayah indonesia untuk menyebarkan ilmu dan berdakwah. Ia menulis kitab yang membantah syiah rofidhah.[26]
25. KUDUS ….-1272 H
Ali ibn abdul qodir ibn abdulllah ibn mujir kudus almakki alsyafi’i. seorang ulama yang agung. Lahir di kota kudus, kemudian datang ke makkah almukarramah dan menetap disana.  Ia belajar kepada sayyid ahmad nahrawi, syaikh yusuf sumbulaweni, sayyid ahmad dahlan, darinya ia belajar banyak ilmu, sehingga ia mencapai derajat almudarris dan memperoleh ijazah untuk mengajar dan meriwayatkan semua riwayatnya. Kemudian ia mengajar di masjidil haram… banyak murid dari jawa yang berdatangan kepadanya untuk menimba ilmu dan manfaat darinay. Ia adalah seornag yang sholih, dan salah satu ulama jawa. Ia meninggal di makkah almukarramah.[27]
26. allasami …- 1390 H
Baidlowi ibn abdul aziz ibn baidlawi ibn abdul lathif alandunisia allasemi alsyafi’I (lasem, indonesia). Lahir di lasem, jawa tengah-indonesia. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Setelah menghafalkan alqur’an ia mencari ilmu agama. Ia belajar kepadai kyai umar, kyai harun sarang, belajar kepadanya dalam waktu yang lama sekitar sepuluh tahun. Darinya ia belajar banyak ilmu seperti nahwu, shorof, ma’ani, bayan, badi’, fiqih. Juga belajar kepada kyai idris solo, kyai hasyim padangan. Kemudian pergi ke makkah almukarramah untuk mencari ilmu. Disana ia belajar (mulazamah) kepada syaikh muhammad mahfud ibn abdulllah altarmasi selama empat tahun, belajar darinya berbagai bidang ilmu dan juga mendapat ijazah untuk meriwayatkan ilmu-ilmunya. Setelah itu ia kembali ke negaranya, dan mulai mengajar di ma’had ilmi. Ia menyibukkan wakutnya untuk mengajar, memberi nasihat, bimbingan dan memberi bantuan bagi orang yang membutuhkan dan meminta pertolongan. Ia melahirkan banyak murid seperti syaih muhammad khudlori magelan, kyai zawawi lasem, kyai ahmad busyra, kyai mustamid ibn abbas cirebon dan lainnya. Disamping mengajar dan membimbing murid-muridnya ia memimpin pondok pesantren dan menjadi imam di masjid jami’ lasem. Begitu juga ia menjadi salah satu anggota organisasi nahdlatul ulama (NU) pusat. Ia meninggal di lasem.[28]
27. MANDURAH ….. – 1335 H
Abdul adhim mandurah aljawi alsyafi’i. pendatang makkah. ia datang ke makkah bersama ayahnya waktu kecil. Disana ia mencari ilmu kepada para ulama makkah seperti sayyid abdul hakim daghestan, sayyid umar alsyami, darinya ia banyak mengambil ilmu. Ia mengajar di masjidil haram. Ia orang yang kaya dan memiliki toko di makkah almukarramah. Dia adalah ulama agung. Ia kembali ke negaranya tahun 1333 H. dan meninggal disana. [29]
28. MANDILI …. – 1352 H
Abdul qodir mandili aljawi alsyafi’i. datang ke makkah almukarramah saat masih kecil. Ia menetap dan tinggal disana. Ia belajar dengan sungguh-sungguh kepada para ulama makkah, seperti sayyid bakri syatho, darinya ia belajar berbagai ilmu dan mengambil manfaat keilmuannya. Kepada syaikh abdul karim daghestan alsyafi’I ia belajar mantik, ma’’ani, bayan, falak, haids, dan kepada ulma lainnya. Ia mengajar di masjidill haram, banyak murid dari jawa yang belajar kepadanya. Ia meninggal di makkah almukarramah.[30]
29. MINAKABAU …. -  1280 AN
Ismail minangkabau alkholidi alsyafi’i. lahir di minangkabau. Datang ke makkah bersama ayahnya ketika masih kecil. Disana ia tumbuh dan banyak belajar kepada syaikh utsman aldimyathi. Kemudian ia belajar kepada saikh ahmad aldimyathi dan ulama-ulama masjidil haram lainnya pada masa itu, seperti mufti syafi’I syaikh muhammad said qudsyi, sampai ia mendapat ijazah dan mengajar di masjidil haram. Banyak murid yang datang kepadanya untuk menimba ilmu dan manfaat. Ia adalah orang yang senantiasa mengajar, dan memberi manfaat, sholih dan tekun beribadah dan membaca alqur’an. Ia meninggal di makkah almukarramah. [31]
30. SYAIKH NAWAWI ALBANTANI 1316 H
Muhammad ibn umar nawawi aljawi albantani assyafi’i. pendatang makkah. lahir di negaranya dan datang ke makkah saat masih kecil, kemudian tumbuh disana. Ia mempelajari banyak kitab dari para ulama, seperti sayyid ahmad nahrowi, syaikh ahmad dimyathi, syaikh hasbullah. Ia sangat cerdas sehingga ia mampu menguasaai ilmu aqli dan naqli, bahkan taimur menyebutnya sebagai alim alhijjaz (ulama hijjaz). Ia pergi ke mesir dan syam dan belajar dari para ulama disana. Setelah itu ia mulai mengajar, ia tidak memiliki kesibukan kecuali untuk mengajar, menulis dan beribadah. Banyak murid-murid yang berasal dari jawa yang belajar kepadanya. Ia meninggal di makkah.
Kara-karyanya: marah al-labid li kasyfi ma’na alqur’an almajid, maroqi al-ubudiyah, syarh bidayah alhidayah, qomi’ al-thughyan ala mandhumah syu’ab al-iman, qothr al-ghoits fi syarh masail abi al-laits,uqud allijain fi bayani huququ al-zaujain, nihayah alzain bi syarh qurrah al-‘ain,syarh fath alrahaman tajwid, nur al-dholam fii syarh qoshidah aqidah al-‘awwam,murqoh shu’ud al-tashdiq fi syarh sullam al-taufiq, kasyifah al-saja fi syarh safinah al-naja, bahjah al-wasail bi syarh al-masail fi al-furu’, tijan aldarari ala risalah albaijuri fi alhadist,al-tsimar alyani’ah fi syarh alriyadl albadi’ah fi ushul al-din wa furu’ al-syi’ah, aldurar albahiyah fi syarh khoshoish alnubuwah, dzariah alyaqin ala ummi albarahin sanusi, al-riyadl albadi’ah fi ushul aldin wa alsyari’ah, salalim alfudlola’ fi syarh hidayah aladzkiya’, suluk aljadah ala lughoh almufadah, al’aqd altsamin fi syarh fath almubin fi masalah alsittin, fath ghofir alkhotthiyah fi syarh alkawakib aljaliyah, nudhum alajurumiyah , fath almujib fi ssyarh mukhtashor alkhotib fi almanasik, alfushush alyaqutiyah ‘ala alroudloh albahiyah fi alta’rif, qut alhabib alghorib ‘ala syarh ibn qosim li al-taqrib, alnahjah aljayyidah li hilli naqowah al’aqidah.[32]
31. ALNAHRAWI …. – 1346 H
Ahmad nahrawi. Lahir di indonesia banyumas. Datang ke makkah pada usia sepuluh tahun. Disana ia belajar kepada ulama masjidil haram sampai mendapat ijazah untuk mengajar. Setelah itu ia mengajar di masjidil haram. Banyak murid yang belajar kepadanya dan sebagian mereka kembali ke negara mereka untuk menyebarkan ilmu dan berdakwah, dan sebagian mereka mengajar di masjidil haram. Ia meninggal di makkah almukarramah. [33]
32. Syaikh muhammad yasin alfadani (padang)
Abu alfaid alamuddin muhammad yasin ibn muhammad isa alfadani almakki (padang, indonesia-makkah). lahir dan tumbuh di makkah. ia adalah salah seorang ulama ahlu sunnah wal jama’ah dan ahli dalam ilmu hadis. Ia belajar kepada ayah dan pamannya mahmud alfadani. Kemudian melanjutkan di madrasah soulatiyah. Ia juga belajar kepada para ulama makkah saat itu seperti syaikh muhammad ali ibn husain ibn ibrahim almaliki almakki, almuhaddis umar ibn hamdan almuharrisi, mufti syafi’iyah umar bajunaid, syaikh muhsin ibn ali almusawi alfalabani, almuarrikh abdullah muhammad alghozi, syaikh abdussattar, syaikh muhammad mahfud altarmasi dan ulama masjidil haram laiinya. Setelah mendapat ijazah ia mengajar di masjidil haram  dan di darul ulum diniyah. Banyak murid yang datang kepadanya untuk menimba ilmu. Ia juga ulama yang produktif dalam menulis dalam berbagai bidang ilmu seprti hadis, fiqih , bahasa arab, mantik dan falak. , diantara karya tulisnya adalah : ithaf alikhwan bi ikhtishor mathmah alwujdan fi asanid syaikh umar hamdan, ithaf uli nuha bi ijazah akhi muhammad thoha, ta’liqhot alal kifayah almustafid li syaikh muhammad mahfud altarmasi, hasyiyah ala altalathuf syarh alta’aruf fi ushul alfiqh dan lain-lain. Ia meninggal di makkah almukarramah 28 dzul hijjah tahun 1410 H. [34]


            Inilah biografi ulama indonesia-makkah yang  baru saya tahu, mungkin masih banyak ulama indonesia yang mengajar di masjidil haram yang belum saya tuliskan karena keterbatasan ilmu saya dalam menganalisa sejarah mereka. Semoga setelah membaca bografi mereka kita mendapat keberkahan untuk melanjutkan keilmuaan mereka dan semoga allah swt melahirkan kembali ulama-ulama dari  indonesia seperti mereka. Semoga allah swt melimpahkan rahmat dan ampunanNya kepada para ulama kita dan kepada kita semua, serrta menjadikan karya-karya yang telah mereka abadikan baik dalam tulisan ataupun dalam bentuk pesantren atau santri-santri mereka bermanfaat bagi umat islam, terutama bagi kita orang indonesia. Amin, wallahu a’lam bisshowab


[1] Ilyas ibn ahmad, imta’u al-fudhola’ bi tarajim al-qura’ fima ba’da alqar’n al-tsamin al-hijri. (dar al-nadwah al-‘alamiyah ). Hal. 354-356
[2] Abdullah alma’allami, a’lam al-makkiyin min al-qorn al-tasi’ ila al-qorn al-robi’ asyara al-hijri. (makkah : muassasah al furqon. Cet. 1. Tahun. 2000 M/ 1421 H). hal. 320
[3] Abdullah almu’allimi , a’lam almakkiyin. Hal 305-306
[4] Ibid. 306
[5] Ibid. 307
[6] Ibid. hal. 324-325
[7] Ibid. hal. 325
[8] Ibid. hal 311-312
[9] Ibid. hal. 349-350
[10] Ibid. hal. 350-351
[11] Ibid. 401-402
[12] Ibid. 407-408
[13] Ibid. hal. 272-273
[14] Ibid. hal. 273-274
[15] Ibid. hal. 331
[16] Ibid. hal. 332
[17] Ibid. hal. 332-333
[18] Ibid. hal. 333
[19] Ibid. hal. 450
[20] Ibid. hal.525
[21] Ibid. hal. 728
[22] Ibid. hal. 735
[23] Ibid. hal. 736-737
[24] Ibid. hal. 735-736
[25] Ibid. hal. 756-757
[26] Ibid. hal. 757-758
[27] Ibid. hal. 758
[28] Ibid. hal. 819
[29] Ibid. hal. 923-924
[30] Ibid. hal. 925-926
[31] Ibid. hal. 931
[32] Abdullah almu’allimi, a’lam almakkiyin. Hal. 969-970
[33] Ibid. hal. 964
[34] Muhammad khoiru romadlan yusuf, Tatimmah ala’lam.(dar ibnu hazm. Cet. 1998) hal. 2/155-158
Powered By Blogger