Jumat, 15 Juni 2012

MERINDUKAN PERNIKAHAN (1)


MERINDUKAN PERNIKAHAN (1)

Bidadari, Pendamping hidup yang senantiasa dirindukan untuk menemani perjuangan, meringankan beban dakwah, dan mengarungi hidup bersama.
Perempuan sangatlah berperan pada kehidupan para dai. Dia mungkin menjadi sumber kenikmatan atau malah sebagai sumber kesengsaraan.
Seorang istri akan menjadi sumber kenikmatan ketika ia mampu menjadi  pendamping yang bisa menjadikan perjalanan yang penuh duri menjadi taman-taman bunga yang indah dan teduh, perjalanan yang jauh menjadi terasa dekat dan  beban yang berat menjadi ringan. ia membantu meringankan kaki untuk melangkah meniti jalan dakwah, karena ia tahu bahwa tugasnya adalah untuk senantiasa memberikan motivasi agar suami tetap istiqomah di jalan dakwah.  
Sebaliknya seorang istri bisa menjadi sumber petaka bagi seorang dai, manakala setelah pernikahan semangat dakwahnya menyurut, beban dakwah seakan semakin berat di pundaknya sehingga lama-kelamaan dakwah bukanlah prioritas utama kemudian tidak lagi terdengar namanya di pentas medan dakwah.
Adalah realitas bahwa Orang-orang yang gagal dalam pernikahan, mereka tidak memfikirkan pernikahan yang islami dan ketentuan-ketentuannya saat  di permulaan jalan, mereka dibutakan oleh keindahan  fisik  tanpa melihat pancaran kemilau iman di hati. Untuk  menjaga kehidupan rumah tangga dari masalah seperti ini, islam telah meletakkan dasar-dasar  yang kuat untuk mewujudkan rumah tangga islami yang penuh kebahagiaan. Inilah diantara dasar-dasar islam dalam membangun rumah tangga :
1.    Tujuan Pernikahan
Islam mengajarkan bahwa tujuan utama pernikahan adalah guna menyempurnakan agama.  Sebagaimana yang disabdakan rosulullah saw :
من رزقه الله امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه، فليتق الله الشطر الباقي [1]
“barang siapa yang allah berikan rizki kepadanya istri yang sholihah, sungguh ia telah membantunya pada setengah agamanya, maka hendaklah ia  bertaqwa kepada allah pada setengahnya yang lain.”
Senada dengan riwayat ini, imam albaihaqi meriwayatkan : rosulullah saw bersabda :
إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين فليتق الله في النصف الباقي
“ketika seorang hamba menikah berarti ia telah menyempurnakan setengah agama, maka bertaqwalah ia kepada allah  pada setengahnya yang lain.”

Pernikahan islami bertujuan untuk menjaga dan menahan  diri serta  mensucikannya dengan berjalan di atas ketaatan dan kehormatan yang telah ditetapkan oleh allah swt. sungguh indah sekali ketika rosulullah saw menganjurkan para pemuda untuk segera menikah dengan tujuan agar mereka mampu menahan nafsu dan menjaga harga diri dan tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang keji, zina. Rosulullah saw bersabda:
يا معشر الشباب ، منن استطاع منكم الباءة فليتزوج، ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu menafkahi hendaklah ia menikah, dan barangsiapa yang tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa mampu menahan nafsunya.”
Ada sebuah riwayat yang akan membangkitkan keimanan dan kemantapan hati untuk segera melangkahkan kaki menjemput bidadari di pelaminan, karena Allah swt telah berjanji akan menolong orang yang menikah demi menjaga harga dirinya. Insyaallah dengan merenungi janji allah ini, niscaya hati akan semakin yakin dan tidak khawatir serta takut akan masalah rizki, karena janji allah pasti benar. Rosulullah saw bersabda :
وقال الرسول صلى الله عليه وسلم : ثلاثة حق على الله عونهم، المجاهد في سبيل الله والمكاتب الذي يريد الأداء والناكح الذي يريد العفاف[2]
“tiga orang, menjadi hak Allah swt untuk menolong mereka yaitu : orang yang berjihad (mujahid ) di jalan allah, mukatab (seorang budak ) yang ingin memerdekakan dirinya dengan tebusan , dan orang yang menikah untuk menjaga harga dirinya (iffah).”
Pernikahan juga bertujuan untuk mewujudkan rumah tangga muslim (keluarga muslim), karena diharapkan dari kumpulan keluarga muslim yang sholih akan lahir masyarakat islami. Inilah impian yang sangat berharga bagi setiap mukmin, karena alqur’an sendiri mensifati orang yang mempunyai impian seperti itu dengan firman allah swt:
والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما
“Dan mereka yang mengatakan (berdoa) wahai tuhan kami jadikanlah istri dan keturunan kami sebagai penyejuk mata dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang – orang yang bertaqwa.”
Inilah tujuan –tujuan pernikahan dalam islam, tujuan yang begitu mulia yang tidak hanya memfikirkan kebutuhan fisik individu semata tetapi tujuan yang lebih besar untuk terciptanya masyarakat yang berpegang teguh pada ajaran –ajaran alqur’an dan assunnah.
2.    Memilih Pendamping Hidup
Islam mengajarkan setiap orang yang merindukan pernikahan untuk selektif dalam memilih pedamping hidup. Karena hal itu menjadi salah satu sebab terwujudnya kehidupan rumah tangga yang islami, harmonis dan kepaduan antara suami- istri. Rosulullah saw bersabda :
تخيروا لنطفكم فإن العرق نزاع، وفي رواية دساس
“selektiflah kalian untuk air mani kalian, karena ia sangat sensitif”
Islam telah menjelaskan arti selektif dalam memilih pendamping hidup yaitu selektif dalam masalah akhlaq dan agama, inilah yang terpenting. Adapun kecantikan harta dan nasab dilihat setelah agamanya. Karena kelembutan akhlaq lebih kekal dari pada kecantikan fisik, kaya iman lebih berharga daripada kaya harta. Semua ini sesuai dengan sabda rosulullah saw :
" لا تزوجوا النساء لحسنهن فعسى حسنهن أن يرديهن، ولا تزوجوهن لأموالهن فعسى أموالهن أن تطغيهن ، ولكن تزوجوهن على الدين، ولأمة خرماء خرقاء ذات دين أفضل " [3]
“janganlah menikahi wanita karena kecantikannya, karena hal itu akan merusaknya, dan janganlah menikahi mereka karena hartanya, karena hal itu bisa membuatnya dholim (angkuh), tetapi nikahilah mereka atas dasar agama. Sungguh budak wanita yang cacat dan mempunyai agama itu lebih baik.”
Sungguh indah ketika kecantikan luar berpadu dengan kecantikan dalam pada diri seorang wanita. Ia beragama, cantik, kaya dan dari keturunan yang baik. Inilah anugrah dan rizki yang tak ternilai. Karena Dialah sebaik-baik wanita sebagaimana yang disabdakan Rosulullah saw :
خير نسائكم من إذا نظر إليها زوجها سرته، وإذا أمرها أطاعته ، وإذا غاب عنها حفظته في نفسه وماله.[4]
“sebaik-baik istri kalian adalah apabila suami memandang istrinya , ia membuatnya senang (bahagia), dan apabila diperintah ia taat, dan apabila suami pergi ia menjaga diri (kehormatannya) dan hartanya.”
Pernikahan bukanlah bertujuan untuk menumpuk kekayaan tetapi pernikahan adalah jalan menuju kaya. Mari sejenak  merenungi ketika allah swt berfirman :
وأنكحوا الأيامى منكم والصالحين من عبادكم وإمائكم إن يكونوا فقراء يغنهم الله من فضله
”dan kawinkanlah orang-rang yang sendirian diantara kalian dan orang-orang sholih dari hamba-hamba sahaya kalian baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin allah akan memeberikan mereka kekayaan dari sebagian karunianya.”
Jadi tidak alasan takut miskin setelah menikah karena sekali lagi allah berjanji akan memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada allah swt?!
Dengan demikian pernikahan adalah jalan menuju kaya dengan karunia allah swt. ayat ini dikuatkan dengan hadis nabi saw;
" من تزوج امرأة لعزها لم يزده الله إلا ذلا ومن تزوجها لمالها لم يزده الله إلا فقرا ومن تزوجها لحسبها لم يزده الله إلا دناءة، ومن تزوج امرأة لم يرد بها إلا أن يغض بصره ويحصن فرجه أو يصل رحمه بارك الله له فيها وبارك لها فيه.[5]
“barangsiapa yang menikahi wanita karena kemuliaannya (pangkatnya) maka allah tidak akan menambahnya kecuali kehinaan, barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka allah tidak akan menambahinya kecuali kemiskinan, dan baarngsiapa yang menikahi wanita karena garis keturunannya maka allah tidak akan menambahinya kecuali kerendahan, dan barangsiapa yang menikahi wanita tidak menginginkan kecuali agar ia dapat mmenahan pandangannya dan menjaga kemaluannya, atau menyambung silaturrahmi, maka allah akan melimpahkan berkah untuk dia dan istrinya.”


[1] رواه الطبراني في الأوسط
[2] رواه الترمذي وقال : حديث صحيح حسن
[3] رواه ابن ماجه
[4] أخرجه النسائي من حديث أبي هريرة
[5] رواه الطبراني في الأسط

Jumat, 08 Juni 2012

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH


KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP DAKWAH
Ustad bakrun syafi'i pernah berpesan kepada kami : dakwah tidak membutuhkan kalian tetapi kalianlah yang membutuhkan dakwah.
kalimat ini senatiasa saya fikirkan dan akhirnya saya kaji, ternyata benar apa maksud beliau. inilah sedikit ulasannya.
1.      Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada Makanan
Allah swt menciptakan manusia dengan sempurna (ahsana taqwim). Dengan dibekali akal dan nafsu untuk menbedakan manusia dengan makhluk lain. Allah swt telah mengilhamkan kepada manusia jalan yang baik dan jalan yang fujur (sesat). Karena itulah manusia membutuhkan dakwah (nasihat orang lain) agar tidak futur dalam menjalankan ketaatan kepada Allah swt karena perintah Allah swt itu banyak dan berat sehingga manusia membutuhkan teman atau jamaah yang saling mengingkan diantara mereka, begitu juga pada hakikatnya nafsu manusia itu menyukai (condong) kepada hal-hal yang dilarang          ( النفس تهوى ما منع  ). sebagaimana firman Allah swt :
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.”
Manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati. Tubuh membutuhkan makanan untuk bisa tegak dan menjalankan aktivitas. Adapun akal harus dimanfaatkan dengan banyak berfikir dan mentadabburi alam semesta ini. Dan hati lebih dari itu semua , karena hati ini tempat dimana Allah memberikan hidayah dan cahaya kepada manusia. Karena itu hati membutuhkan siraman dakwah sehingga tumbuh subur iman (hidayah ) Allah swt. tanpa siraman dakwah, hati akan mengeras dan mati. Sungguh indah ketika Allah menggambarkan bagaimana kerasnya  hati , firman Allah swt:
ثم قست قلوبكم من بعد ذلك فهي كالحجارة أو أشد قسوة وإن من الحجارة لما يتفجر منه الأنهار وإن منها لما يشقق فيخرج منه الماء وإن منها لما يهبط من خشية الله وما الله بغافل عما تعملون
“kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Albaqoroh :74)
Dari ayat diatas jelas bahwa ketika hati manusia menjadi keras, maka ia tidak akan menerima kebenaran dan senantiaasa menjauhi kebenaran tersebut, naudzubillah min dzalik.


2.      Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara
Miswan thohadi dalam bukunya “quantum dakwah dan tarbiyah” mengatakan : “Dakwah Selain kewajiban syariat, dakwah juga merupakan kebutuhan manusia secara universal. Artinya setiap manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada kebaikan. Sedangkan menjadi ahli kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Maka jangan pernah terpikir sediitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alas an apapun. Justru ketika kita merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang akan membantu kita memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan islam, semakin besar pula kebutuhan kita terhadap dakwah.[1]
Ia melanjutkan , dakwah adalah kebutuhan setiap manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi sholih adalah kemestian atas setiap muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk menjadi sholih. Para nabi dan rosul Allah adalah para dai pejuang penegak agama Allah, disaat yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Allah swt berfirman;
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم إليه الله يجتبي إليه من يشاء ويهدي إليه من ينيب (13)

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (assyura; 13)

ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين (33) ولا تستوي الحسنة ولا السيئة ادفع بالتي هي أحسن فإذا الذي بينك وبينه عداوة كأنه ولي حميم (34) وما يلقاها إلا الذين صبروا وما يلقاها إلا ذو حظ عظيم (35)
“ siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"
 dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (fushilat: 33-35)
Dari sini diketahui bahwa ketika kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu, kemudian dari individu ini melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari kumpulan keluarga akan melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara yang baik pula.








3.      Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia
Firman Allah swt:
وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلكم وصىكم به لعلكم تتقون ( الأنعام : 153 )
“dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (al-an’am :  153)
Dakwah dalam perspektif yang luas merupakan jalan untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka hanya kepada Allah swt. jika prosesi ini berjalan dengan baik maka akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai kemuliaandan menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan. Jalan dakwah inilah yang telah ditempuh oleh Rosulullah saw dan para rosul sebelumnya. Di atas jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang dimiliki untuk membangun kemulian umat. [2]
Tetapi ketika manusia menjauhi dakwah islam, sehingga egoisme menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana pedagang hanya mementingkan keuntungan perdagangannya, pegawi hanya mementingkan pekerjaannya, dan begitu seterusnya masing-masing larut dengan urusannya tanpa mempedulikan kebaikan orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa percaya satu sama lain di antara warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan kasih sayangantar anggota keluarga, dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar manusia. Padahal manusia membutuhkan  kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan. Di sini, dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari masyarakat kita.
Karena itulah Allah mensifati umat dakwah  sebagai umat terbaik, karena menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar demi kemuliaan hidup bersama.[3] Firman Allah swt:
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون (110)
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (ali imron : 110)
Hanya dengan dakwah, manusia akan mencapai kemuliaan dan kejayaannya seperti yang pernah tertoreh dalam tinta emas sejarah kemanusiaan. Karena hal itu menunjukkan, bahwa mereka peduli dan menaruh perhatian besar terhadap keadaan kehidupan di sekelilingnya demi kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan hidup umat manusia.

4.      Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia

Orang-orang yang berjalan di atas dakwah akan merasa bahagia karena mereka melaksanakan perintah Allah swt. Dengan dakwah hati manusia menjadi tenang dan lapang, karena hidayah Allah swt. sebagaimana digambarkan Allah swt dalam surat al-an’am ayat 125:
فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام ومن يرد أن يضله يجعل صدره ضيقا حرجا كأنما يصعد في السماء كذلك يجعل الله الرجس على الذين لا يؤمنون 
“ Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”
Jiwanya tenang tidak gelisah, karena jiwa mereka terlepas dari segala penghambaan syahwat dan dunia dan menundukkannya hanya kepada Allah swt semata. Seperti yang ditulis fathi yakan di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa al-daiyah” : “para pelaku dakwah terbebas dari segala penghambaan dunia dan syahwat, sehingga mereka tidak merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati Allah swt, tidak mengenal jihad (perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju kesyahidan dan pintu menuju syurga Allah swt dan memperoleh ridhonya.[4] firman Allah swt :
ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون، فرحين بما أتاهم الله من فضله، ويستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون، يستبشرون بنعمة من الله وفضل وأن الله لا يضيع أجر المؤمنين.
“janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[5]disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (ali imron : 169-170)
Ayat diatas adalah hiburan bagi para dai yang berjuang di jalan Allah swt karena Allah swt berjanji akan memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat.






5.      Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran
Dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia kepada suatu sistem yang diridloi Allah swt, yaitu islam. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah swt. dan Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada mereka rambu-rambu sehingga tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena itulah Allah swt mengutus para rosul untuk menyampaikan risalahnya kepada manusia. Supaya mereka berjalan di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi mereka. Tetapi ketika mereka tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa yang telah dibawa oleh para nabi dan rosul berarti mereka telah menjeburkan diri mereka ke dalam jurang kehancuran. Sebagaimana firman Allah swt :
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خاصة واعلموا أن الله شديد العقاب
“dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (al-anfal : 25)
Dalam sebuah riwayat dari zainab binti jahsy, ia bertanya, “wahai Rosulullah saw apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang – orang yang sholih? Rosulullah saw menjawab: “ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”
Dakwah mutlak diperlukan manusia, terlebih mereka sekarang hidup pada suatu masyarakat yang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM (hak asasi manusia). Pelaku-pelaku kehancuran berbagai macamnya berupaya untuk merobohkan dan meruntuhkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga kebebasan dan HAM  dianggap sebagai simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap sebagai keterbelakangan.
Dalam situasi (keadaan ) seperti ini, seandainya manusia menjauhi dakwah; seakan tidak lagi membutuhkan dakwah, maka masyarakat tersebut telah bersiap menuju jurang kehancuran.
Begitu juga manusia sekarang hidup di masa, dimana materi menjadi tujuan utama. Waktu (siang dan malam) mereka habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan hakikat tujuan diciptakannya manusia.  Banyak diantara mereka yang meninggalkan perintah Allah swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang dilarang Allah swt  demi mendapatkan materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanyAllah sementara dan kenikmatan  yang fana, sedang akhirat adalah negri abadi selamanya. Keadaan seperti ini persis seperti yang pernah Rosulullah saw perkirakan jauh-jauh hari ketika bersabda:
والله ، ما الفقر أخشى عليكم، ولكني أخشى أن تبسط الدنيا عليكم كما بسطت على من كان قبلكم، فتتنافسونها كما تنافسوها، فتهلككم كما أهلكتهم.[6]
“demi Allah ,tidaklah kemiskinan yang aku (Rosulullah saw ) khawatirkan menimpa kalian, tetapi aku khawatir dilapangkan (dibuka ) dunia pada kalian sebagaimana yang perenah terrjadi pada uamat sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba (mengumpulkan dunia) sebagaimana mereka lakukan, yang menjadi sebab kehancuran kalian sebagaimana mereka dihancurkan.”

6.      Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia
من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهد الله عليه فمنهم من قضى نحبه ومنهم من ينتظر وما بدلوا تبديلا
“diantara (sebagian ) orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; lalu diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka pula ada yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (al-ahzab : 23)
Dr. atabik luthfi mengatakan : “kata rijal yang tersebut dalam ayat diatas, dan beberapa ayat yang lain dalam konteks dakwah mencerminkan sebuah tanggung jawab, komitmen, kepekaan dan kepedulian. Justru hanya dengan dakwah seseorang bisa mencapai derajat “ar-rujulah”, kelelakian sejati. Alqur’an telah mengabadikan kisah kepedulian dan pebelaan tiga laki-laki terhadap dakwahk, yaitu : seorang laki-laki dari keluarga yasin, seorang laki-laki dari keluarga fir’aun dan seorang laki-laki dari ujung kota. Mereka mampu merasakan dan menghadirkan diri di arena pembelaan dakwah di saat dakwah sangat membutuhkannya.[7]
Dalam sejarah peradaban islam, tidaklah para ulama dan tokoh-tokoh islam dikenal kecuali karena mereka telah membuktikan diri mereka dimedan dakwah dengan perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar. Mereka telah mengukir sejarah dengan darah dan tinta mereka demi tegaknya kalimatullah di muka bumi. Karena itu benarlah bahwa dakwah adalah pembuktian kesejatian manusia, karena orang yang berdakwah mampu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

7.      Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas
Rosulullah saw bersabda :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من دل على خير فله مثل أجر فاعله»
“barang siapa yang menunjukkan kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” Hr. abu dawud[8]
Dari hadis diatas, diketahui bahwa orang yang senantiasa berdakwah mengajak manusia untuk berbuat baik sesuai yang diajarkan islam berarti ia telah berinvestasi untuk akhirat tanpa batas. Karena ia akan senantiasa mendapatkan pahala orang yang mengerjakan ibadah lantaran dakwahnya kepada dia. Hadis diatas dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh abi hurairah, Rosulullah saw bersabda:
عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: " إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، وعلم ينتفع به، وولد صالح يدعو له "
“apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendokan orang tuanya.” (hr. tirmidzi)[9]
Dakwah termasuk dalam kategori ilmu yang bermanfaat.
Dakwah lebih baik dari dunia, sebagaimana Rosulullah saw ketika berkata kepada Ali bin abi tholib: 
“wahai ali, sungguh sekiranya Allah member hidayah seseorang karena dakwahmu, itu lebih baik bagimu daaripada unta merah.”(hr. bukhori muslim)

8.      Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois (Individual)
وقل اعملوا فسيرى الله عملكم ورسوله والمؤمنون
“katakanlah wahai muhammad, bekerjalah kalian, niscaya Allah swt akan melihat amal kalian, begitu juga rosulNya dan orang-orang beriman.”
Pada hakikatnya dakwah bukanlah rantaian kata-kata yang tersusun menjadi kalimat yang keluar dari lisan semata. Tetapi ia disampaikan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal nyata. Karena itulah Allah swt berfirman dalam surat as-shaf :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (qs. Asshaf : 1-2)
Kalau kita melihat sirah Rosulullah saw. Beliau adalah teladan dalam segala hal. Beliau adalah orang pertama kali yang melakukan sebelum ia menyuruh umatnya untuk melakukannya. bahkan beliau lebih banyak mencontohkan dengan amalnya. Sebagaimana yang pernah beliau lakukan ketika membangun masjid kuba, beliau sendiri ikut serta dengan mengambil batu-batu untuk pondasi masjid. Di perang akhzab ketika menggali parit, beliau juga yang menghancurkan batu-batu yang besar dimana tidak ada sahabat yang sanggup menghancurkannya.
Inilah sebagian contoh bahwa dakwah melahirkan amal nyata. ada suatu kaidah yang mengatakan “lisanul hal afsoh min lisanil maqol” perbuatan itu lebih mengena dari pada perkataan. karena dakwah tidaklah menciptakan manusia yang pandai beretorika dan berdebat, tetapi ia melahirkan generasi yang bisa membuktikan iman yang menghujam di dalam hati dengan amal dan karya nyata.

9.      Dakwah Adalah Lentera Hidup
Firman Allah swt:
أومن كان ميتا فأحييناه وجعلنا له نورا يمشي به في الناس كمن مثله في الظلمات ليس بخارج منها كذلك زين للكافرين ما كانوا يعملون
 “dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.”
Imam syakuani menyebutkan di dalam tafsirnya  : yaitu orang kafir yang Allah swt hidupkan dengan islam. Dan cahaya adalah hidayah dan iman.[10]
Begitu juga ia menebutkan sebuah syair berikut :
وفي الجهل قبل الموت موت لأهله ... فأجسامهم قبل القبور قبور
وإن امرأ لم يحي بالعلم ميت ... فليس له حتى النشور نشور
“kebodohan adalah kematian bagi seseorang sebelum ia mati. Tubuhnya adalah kuburan bagi dirinya sebelum ia dikubur (di liang lahad)..sesungguhnya manusia yang hidup tanpa ilmu adalah mayit, maka tidak ada baginya kebangkitan sampai ia dibangkitkan”
Ia juga menyebutkan riwayat bahwa yang diberi cahaya adalah umar bin al-khottob, sedangkan yang masih dalam kegelapan adalah abu jahl bin hisyam. Karena Rosulullah saw pernah berdoa sebelum ayat ini diturunkan:
«اللهم أعز الإسلام بأبي جهل بن هشام، أو بعمر بن الخطاب» .
“Ya Allah muliakanlah islam dengan ibnu hisyam atau umar bin al-khottob.[11]
Ini menunjukkan bahwa dakwah adalah lentera (cahaya ) hidup bagi manusia.sebaliknya tanpa dakwah manusia hanya akan hidup dalam kegelapan. Karena itulah manusia tidak bisa hidup tanpa dakwah.

Kesimpulan
Manusia siapapun orangnya mereka membutuhkan dakwah untuk hidup. Tanpa dakwah mereka hidup dalam kegelapan dan menuju ke jurang kehancuran. Dakwah tidak membutuhkan kita tetapi kita membutuhkan dakwah untuk kebahagian hidup dunia dan akhirat. Wallahu a'lam



Daftar pustaka
Alqur’an al-karim
Atabik luthfi, Tafsir da’awi , jakarta: alitishom, 2011. Cet. 1
Fathi yakan, musykilatu al-dakwah wa al-daiyah, beirut: muassasah al-risalah thn. 1983. Cet.9
Makktabah syamilah
Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1
Muhammad albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5
Sunan abu dawud, bab fi dal ala al-khoir,beirut: almaktabah al-ashriyahSunan tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, Muhammad a-syaukani, fathu al-qodir, damaskus : dar ibnu katsir, cet.1



[1] Miswan thohadi , quantum dakwah dan tarbiyah, Jakarta: al-I’tishom 2008, cet.1 hal146-147
[2] Atabik luthfi, Tafsir da’awi , jakarta: alitishom, 2011. Cet. 1, hal : 8
[3] Ibid hal 10
[4] Fathi yakan, musykilatu al-dakwah wa al-daiyah, beirut: muassasah al-risalah thn. 1983. Cet.9 ,  hal.33
[5] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana Keadaan hidup itu
[6] Muhammad albukhori, shohih bukhori. Mesir: dar al-hadis, 2004. Cet. 5, juz4 hal 96 no 3158
[7] Ibid hal 15
[8] Sunan abu dawud, bab fi dal ala al-khoir,beirut: almaktabah al-ashriyah,  juz 4 hal 333 no. 5129
[9] Sunan tirmidzi, bab al-waqof, mesir: mustofa albabi alhalabi, juz3 hal 652. No 1376
[10] Muhammad a-syaukani, fathu al-qodir, damaskus : dar ibnu katsir, cet.1 juz2 hal.181
[11] Ibid, hal 182
Powered By Blogger